SELEKSI PENERIMAAN PPPK LINGKUP PEMPROV NTT T.A 2024

Jembatan Palmerah Ide Cerdas Pemprov NTT

gambar ilustrasi

POS KUPANG.COM, KUPANG - RENCANA Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT membangun jembatan Pancasila-Palmerah di Kabupaten Flores Timur (Flotim) mendapat respon yang sangat luar biasa. Respon yang muncul pun beragam. Ada yang pro dan ada yang kontra. Yang pro menyatakan rencana itu merupakan ide cerdas pemerintah daerah (Pemprov NTT) dalam rangka konektivitas dan mengatasi masalah kekurangan anggaran dalam membiayai infrastruktur sehingga harus didukung.
Sementara yang kontra mengatakan, rencana itu hanya menghabis-habiskan anggaran. Alasannya, masih banyak jalan provinsi yang rusak dan membutuhkan penanganan segera. Bahkan ada yang mengatakan jembatan itu dibangun menghubungkan Larantuka dan Adonara karena Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya berasal dari Adonara.
Jika dirunut ke belakang, rencana pembangunan jembatan Pancasila-Palmerah itu sebenarnya bukan rencana mendadak. Sebab rencana itu sudah tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Flotim tahun 2008.
Namun, di bawah kepemimpinan Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya, gagasan membangun jembatan itu muncul kembali. Gagasan itu dilatari kebutuhan akan konektivitas antara dua pulau, yakni Pulau Flores dan Pulau Adonara. Sebab, dari segi jarak, jarak antardua pulau ini hanya 800 meter. Jarak yang relatif lebih pendek dibandingkan dengan jarak pulau-pulau lainnya di Provinsi NTT.
Selain jaraknya yang pendek, di dua pulau ini memiliki potensi. Di sana ada potensi pertanian, perikanan dan perkebunan yang hasilnya sulit dipasarkan karena masalah konektivitas. Di Larantuka juga ada wisata religi. Hampir setiap tahun saat perayaan Paskah puluhan ribu orang dari dalam dan luar negeri datang ke Larantuka menyaksikan dan mengikuti perayaan Semana Santa.
Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya, saat rapat Pembahasan Rencana Pembangunan Jembatan Pancasila-Palmerah yang dilengkapi turbin pembangkit listrik, di Ruang Rapat Lantai I Gedung Utama Kementerian PUPR, di Jakarta Selatan, Selasa (29/3/2016) lalu, menjelaskan, selain memiliki potensi pertanian, perikanan dan perkebunan, di laut antara kedua pulau ini juga setiap tahun terjadi kecelakaan laut akibat arus laut yang sangat deras. Di Pulau Adonara juga sering terjadi konflik horisontal. "Bagaimana pemerintah kabupaten bisa segera mengatasi masalah kalau ibukota kabupaten berada jauh di Larantuka. Ini juga yang menjadi persoalan selama ini," kata Lebu Raya.
Setelah melihat berbagai potensi dan mempertimbangkan pentingnya kebutuhan akan konektivitas, Dinas Pekerjaan Umum (PU) Provinsi NTT mengusulkan kepada Gubernur NTT dan DPRD NTT untuk melakukan pra feasibility study (Pra FS). Pra FS ini dimaksudkan untuk melakukan pengkajian secara saksama dan mendalam. Usul tersebut mendapat dukungan politis dari DPRD NTT dengan disetujuinya alokasi anggaran tahun 2015 senilai Rp 1,5 miliar untuk melakukan pra FS.
Hasil pra FS yang dilakukan PT Puri Dimensi, perusahaan konsultan asal Bandung, merekomendasikan jembatan Pancasila-Palmerah di Kabupaten Flotim layak dibangun. Kelayakan itu tidak hanya secara teknis tapi juga secara ekonomi. Pra FS ini awalnya hanya untuk kepentingan membangun konektivitas.
Namun, dalam proses mencari investor yang akan membangun jembatan tersebut, tiba-tiba Latif dengan groupnya dari Belanda, Tidal Bridge BV, perusahaan konsorsium asal Belanda menawarkan bagaimana kalau di bawah jembatan itu dipasang turbin untuk pembangkit listrik. Hasil survai Tidal Bridge juga sangat mengejutkan. Di selat yang akan dibangun jembatan itu ternyata memiliki potensi arus laut yang bisa digunakan untuk menghasilkan energi listrik. Di bawah jembatan itu akan dipasang turbin yang bisa menghasilkan energi listrik. Inilah yang membuat Tidak Bridge tertarik.
Hasil survai Tidal Bridge ini sejalan dengan hasil penelitian BPPT (Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi). Berdasarkan penelitian BPPT tahun 2008, potensi arus laut di lokasi yang akan dibangun jembatan itu memiliki kecepatan antara 4-8 meter per detik. Padahal menurut ahli, agar arus laut bisa menghasilkan energi, kecepatannya cukup 2 meter sampai 2,5 meter per detik.
Energi yang akan dihasilkan arus laut di jembatan ini berpotensi sampai dengan 300 MW. Sementara kebutuhan energi listrik untuk seluruh Flores saja hanya 92 MW. "Tidal Bridge juga siap menginvestasikan modalnya untuk membangun jembatan yang dilengkapi turbin pembangkit listrik ini, karena mereka punya teknologi. Kami juga sudah melihat sendiri teknologinya di sana," kata Frans.
Ia mengakui, hasil pra FS untuk membangun jembatan saja sudah layak secara teknis dan ekonomi. Apalagi kalau ditambah dengan membangun pembangkit listrik tentu lebih layak lagi.
Yang mengejutkan bagi masyarakat NTT, hasil pra FS menyebutkan biaya pembangunan jembatan Pancasila-Palmerah itu Rp 5,1 triliun. Sementara APBD NTT untuk tahun 2016 saja hanya Rp 3,8 triliun. Nilai inilah yang mengundang reaksi masyarakat NTT. 
sumber:
by. Max Pedrico

Komentar