- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
MORAL-POLITIK.COM : Percakapan perihal rencana pembangunan Bendungan Kolhua di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) takkan habis-habisnya. Pasalnya, hampir separuh warga Kota Kupang mengeluhkan kelangkaan air bersih yang dilayani oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) baik Kabupaten Kupang maupun Kota Kupang.
Tragisnya, Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Provinsi NTT Andreas W. Koreh (Andreas) sendiri mengalami nasib naas yang sama dengan sejumlah pejabat Provinsi NTT, apalagi masyarakat kebanyakan di Kota Kupang yang berjumlah sekitar 500 ribu warga ini.
Salah satu solusi cerdas untuk mengatasi masalah kelangkaan air di Kota Kupang adalah membangun Bendungan Kolhua. Sayangnya, masalah pembebasan lahan sejumlah warga masyarakat yang bermukim di lokasi rencana pembangunan bendungan dimaksud hingga ketika kini belum kunjung uai.
Tarik ulur urusan pembebasan lahan antara Pemerintah Kota Kupang dan Pemerintah Provinsi NTT, terutama ketika Wali Kota Kupang Jonas Salean harus cuti untuk berkonsentrasi dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Kupang, sempat memunculkan percakapan hangat, manakala dinyatakan bahwa dana pembebasan lahan sebesar Rp. 4 Milyar akan dibahas dalam Sidang Perubahan APBD 2016, untuk dialihkan bagi kepentingan lain yang lebih mendesak.
Pihak Pemerintah Provinsi NTT dalam hal ini Kepala Biro Pemerintahan Setda NTT yang ingin dimintai pendapatnya tentang penggunaan dana Rp. 4 Milyar sebagai sharing dari Pemprov NTT bersama Pemkot Kupang sejumlah Rp. 4 Milyar juga, memilih bungkam seribu bahasa.
Terakhir, datang informasi bahwa Pemkot Kupang membatalkan niatnya untuk mengalihkan dana sharing pembebasan lahan hingga tahun anggaran 2017 mendatang.
“Saya memang merupakan bagian dari Pemerintah Provinsi NTT tapi bukan tugas saya untuk pembebasan lahan untuk membangun Bendungan Kolhua,” tegas Andreas ketika mengadakan jumpa pers di ruang kerjanya, Kota Kupang, Kamis (27/10/2016) pukul 17.20 WITA.
Andreas menjelaskan, secara teknis design dan lain sebagainya sudah siap. Tapi kalau ada masalah sosial ya mau tidak mau kita selesaikan dulu masalah sosial tersebut.
Kendati demikian, sebutnya, sudah ada beberapa cadangan bendungan yang akan di bangun hingga tahun 2019 mendatang.
“Bendungan yang ancar-ancar akan dibangun adalah Waebara di Sumba Timur, ada juga bendungan di Sumba Barat Daya; kedua bendungan ini sifatnya cadangan, jika ada masalah pada rencana pembangunan bendungan lainnya maka akan dialihkan ke dua lokasi dimaksud,” tegasnya.
Adapun bendungan yang telah dan akan dibangun di NTT adalah Raknamo di Kabupaten Kupang, Rotiklot di Kabupaten Belu, Temef di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Manikin di Kabupaten Kupang, Napung Gete di Sikka, Lambo di Nagakeo, dan Kolhua di Kota Kupang.
Menurut Andreas, permintaan dibangunnya bendungan juga datang dari Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat. Karena permintaannya kemudian, pihaknya harus melakukan study (kajian) untuk menjadi bahan pertimbangan lebih lanjut.
Kalau ditanya soal program, gumamnya, sampai saat ini masih masuk dalam Program Strategis Nasional. Sedangkan soal Kolhua masih terus diupayakan penyelesaiannya, terutama saat ini Kota Kupang terancam kehilangan air baku yang kurang menggembirakan.
“Apabila permasalahan di Kolhua tak ditangani dengan sebaik-baiknya, suatu saat kita akan kehilangan air baku. Makanya Pemerintah Provinsi masih terus mencari solusi yang tepat,” pungkas dia.
sumber:
by. Max Pedrico
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Keren.
BalasHapus