- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
KUPANG, TIMEX–Proyek raksasa Jembatan Pancasila
Palmerah menjadi perhatian serius pemerintah pusat. Pasalnya, jembatan
yang dirangkai dengan turbin ini menghasilkan energi listrik tenaga arus
laut. Suplai listriknya mencapai 300 megawatt (MW).
Hal ini terungkap dalam pertemuan antara Pemerintah Provinsi NTT
dengan CEO Tidal Group, Eric van den Eijnden di Ruang Rapat Gubernur
NTT, Senin (13/3). Dari Pemprov NTT hadir langsung Gubernur NTT Frans
Lebu Raya, Ketua DPRD NTT, Anwar Pua Geno, Kepala Dinas Pekerjaan Umum,
Andre Koreh dan pejabat lainnya.
Pada kesempatan itu, Frans Lebu Raya menjelaskan, jembatan Palmerah
sudah masuk dalam proyek strategis nasional. Dan, dalam rapat terbatas
yang dipimpin Presiden di Jakarta, permasalahan yang belum selesai
adalah soal tarif listrik yang akan disuplai oleh turbin di jembatan
Palmerah.
Namun, sampai saat ini masih ada negosiasi antara pemerintah RI dan
pemerintah Belanda. “Tapi mudah-mudahan proyek ini dalam waktu dekat
sudah bisa dimulai. Saat ini dalam proses pelelangan feasibility study,”
kata Lebu Raya.
Ia mengatakan, proyek ini bakal jadi ikon NTT. Bahkan, pemerintah
Belanda ingin menjadikan proyek ini ikon dunia. “Pemerintah pusat
memberikan dukungan penuh terhadap pembangunan listrik. Ada dua manfaat
yang didapatkan, yaitu konektifitas dan energi baru terbarukan,” ujar
Lebu Raya.
Lebu Raya menambahkan, ketika listrik sudah tersedia, untuk tahap
pertama 25-30 MW, maka dengan sendirinya industri akan tumbuh. Potensi
listriknya 300 MW. “Mudah-mudahan perusahaan galangan kapal di Belanda
bisa masuk ke NTT setelah tersedianya listrik,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, CEO Tidal Group selaku pelaksana proyek Jembatan
Palmerah, Eric van den Eijnden mengatakan pihak Belanda sangat antusias
mewujudkan proyek ini. Pasalnya, tidak hanya jembatan yang
menghubungkan dua pulau, tapi juga menghasilkan listrik tenaga arus
laut. Menurutnya, arus di Selat Gonsalu yang menghubungkan Flores Timur
dan Adonara itu sangat bagus dan bisa terus dikembangkan menjadi tenaga
listrik.
Selain Larantuka, ada dua tempat lagi yang cocok dibangun jembatan
dengan turbin untuk menghasilkan listrik. Yakni Selat Molo dan Labuan
Bajo. Arus laut di dua tempat ini sangat cocok untuk pembangkit listrik
tenaga arus laut. “Kalau Larantuka tidak bisa kita di Labuan Bajo saja.
Di sana butuh 300 MW. Jadi bisa dari ujung Larantuka kita buat dan bisa
juga dari Selat Molo,” katanya.
Terkait pembiayaan proyek ini, Kadis PU NTT, Andre Koreh menjelaskan
ada dua skema pembiayaan, yakni pertama sebagian dari USD 175 juta
ditanggung pemerintah Belanda, dan sebagian ditanggung Tidal Group. Jika
skema ini disepakati, maka nantinya harga jual listrik adalah 16 sen
dolar per Kwh. Skema kedua, semuanya menggunakan pinjaman dengan bunga
yang rendah. Jika skema ini dipakai maka harga energi listriknya 10 sen
dolar per Kwh. “Makanya pak gubernur memilih alternatif kedua ini,” kata
Andre.
Walau demikian, kata Andre, keputusan tetap ada di pemerintah pusat.
Pasalnya, listrik ini akan dibeli oleh PLN. Jika saja PLN tidak membeli
maka Tidal tidak bisa membangun jembatannya. Bagi Tidal, lanjut Andre,
skema pembiayaan apapun mereka tetap siap. “Karena mereka adalah
investor yang menawarkan potensi di daerah, ada teknologi yang mereka
miliki dan ada kebutuhan di daerah dan mereka siap membiayai,” kata
Andre.
sumber:
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar