SELEKSI PENERIMAAN PPPK LINGKUP PEMPROV NTT T.A 2024

Jembatan Palmerah Suplai Listrik 300 MW



KUPANG, TIMEX–Proyek raksasa Jembatan Pancasila Palmerah menjadi perhatian serius pemerintah pusat. Pasalnya, jembatan yang dirangkai dengan turbin ini menghasilkan energi listrik tenaga arus laut. Suplai listriknya mencapai 300 megawatt (MW).
Hal ini terungkap dalam pertemuan antara Pemerintah Provinsi NTT dengan CEO Tidal Group, Eric van den Eijnden di Ruang Rapat Gubernur NTT, Senin (13/3). Dari Pemprov NTT hadir langsung Gubernur NTT Frans Lebu Raya, Ketua DPRD NTT, Anwar Pua Geno, Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Andre Koreh dan pejabat lainnya.
Pada kesempatan itu, Frans Lebu Raya menjelaskan, jembatan Palmerah sudah masuk dalam proyek strategis nasional. Dan, dalam rapat terbatas yang dipimpin Presiden di Jakarta, permasalahan yang belum selesai adalah soal tarif listrik yang akan disuplai oleh turbin di jembatan Palmerah.
Namun, sampai saat ini masih ada negosiasi antara pemerintah RI dan pemerintah Belanda. “Tapi mudah-mudahan proyek ini dalam waktu dekat sudah bisa dimulai. Saat ini dalam proses pelelangan feasibility study,” kata Lebu Raya.
Ia mengatakan, proyek ini bakal jadi ikon NTT. Bahkan, pemerintah Belanda ingin menjadikan proyek ini ikon dunia. “Pemerintah pusat memberikan dukungan penuh terhadap pembangunan listrik. Ada dua manfaat yang didapatkan, yaitu konektifitas dan energi baru terbarukan,” ujar Lebu Raya.
Lebu Raya menambahkan, ketika listrik sudah tersedia, untuk tahap pertama 25-30 MW, maka dengan sendirinya industri akan tumbuh. Potensi listriknya 300 MW. “Mudah-mudahan perusahaan galangan kapal di Belanda bisa masuk ke NTT setelah tersedianya listrik,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, CEO Tidal Group selaku pelaksana proyek Jembatan Palmerah, Eric van den Eijnden mengatakan pihak Belanda sangat antusias mewujudkan proyek ini. Pasalnya, tidak hanya jembatan yang menghubungkan dua pulau, tapi juga menghasilkan listrik tenaga arus laut. Menurutnya, arus di Selat Gonsalu yang menghubungkan Flores Timur dan Adonara itu sangat bagus dan bisa terus dikembangkan menjadi tenaga listrik.
Selain Larantuka, ada dua tempat lagi yang cocok dibangun jembatan dengan turbin untuk menghasilkan listrik. Yakni Selat Molo dan Labuan Bajo. Arus laut di dua tempat ini sangat cocok untuk pembangkit listrik tenaga arus laut. “Kalau Larantuka tidak bisa kita di Labuan Bajo saja. Di sana butuh 300 MW. Jadi bisa dari ujung Larantuka kita buat dan bisa juga dari Selat Molo,” katanya.
Terkait pembiayaan proyek ini, Kadis PU NTT, Andre Koreh menjelaskan ada dua skema pembiayaan, yakni pertama sebagian dari USD 175 juta ditanggung pemerintah Belanda, dan sebagian ditanggung Tidal Group. Jika skema ini disepakati, maka nantinya harga jual listrik adalah 16 sen dolar per Kwh. Skema kedua, semuanya menggunakan pinjaman dengan bunga yang rendah. Jika skema ini dipakai maka harga energi listriknya 10 sen dolar per Kwh. “Makanya pak gubernur memilih alternatif kedua ini,” kata Andre.
Walau demikian, kata Andre, keputusan tetap ada di pemerintah pusat. Pasalnya, listrik ini akan dibeli oleh PLN. Jika saja PLN tidak membeli maka Tidal tidak bisa membangun jembatannya. Bagi Tidal, lanjut Andre, skema pembiayaan apapun mereka tetap siap. “Karena mereka adalah investor yang menawarkan potensi di daerah, ada teknologi yang mereka miliki dan ada kebutuhan di daerah dan mereka siap membiayai,” kata Andre.
 
sumber:

Komentar