- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Langkah maju dilakukan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) NTT dengan memanfaatkan teknologi berbasis internet. Bekerja sama dengan UGM berhasil diciptakan alat yang bisa mengukur debit air di jaringan irigasi. Alat tersebut bisa dikoneksikan dengan software yang bisa memberi informasi secara online.
Jumat (8/12) alat dan sistim kerja dari alat tersebut dipresentasikan oleh dosen UGM Dr. Bayu Dwi Apri Nugroho, ahli kilmatologi pertanian, perubahan iklim dan lingkungan hidup dari UGM.
Pada kesempatan itu, Bayu menjelaskan pihaknya terdorong untuk menciptakan alat yang bisa menghitung debit air karena selama ini dilakukan secara manual. “Kalau pakai manual butuh waktu yang lebih lama sedangkan kita butuh pencatatan secara riil time, karena itu kami membuat terobosan dengan menciptakan alat yang bisa menghitung ketinggian air secara otomatis,” ujar Bayu di hadapan Kepala Dinas PUPR NTT, Andre Koreh dan jajarannya di ruang rapat Kantor Dinas PUPR NTT.
Bayu lalu menjelaskan kerja alat dan aplikasi yang dibuat tersebut. Aplikasi itu diberi nama PEDE Tanam 01. Namun, nama ini masih bisa berubah setelah dipresentasikan kepada Gubernur NTT yang direncanakan dalam pekan ini.
Bayu mengatakan, alat yang dihasilkan tersebut mampu memberi informasi mengenai ketinggian air setiap lima menit. Alat ini juga ternyata jauh lebih hemat karena hanya butuh biaya sekitar Rp juta. Sedangkan alat yang sama dari Jepang mencapai Rp 30 juta.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang NTT, Andre Koreh memberi apresiasi atas penemuan baru tersebut. Dirinya memberi apresiasi kepada tim dari UGM dan Bidang OPSDA Dinas PUPR NTT yang telah berupaya membuat alat dan aplikasi pengukuran debit air tersebut.
“Ini adalah temuan baru yang patut diberi apresiasi. Yang paling penting adalah manfaat dari alat tersebut kepada petani. Dengan pengukuran yang dilakukan itu harus memberi informasi kepada petani mengenai ketersediaan air hingga tata guna tanam,” harap Andre.
Sehingga, lanjut Andre, petani bisa memutuskan apakah dalam setahun bisa melakukan berapa kali tanam. Selama ini tidak ada tidak ada informasi yang lebih pasti mengenai tata guna tanam sehingga sering kali terjadi gagal tanam hingga gagal panen. “Sehingga dengan alat baru ini bisa menekan risiko gagal tanam dan gagal panen,” kata Andre.
Karena itu, dirinya mengharapkan alat itu bisa disempurnakan sehingga bisa memberi informasi yang lebih akurat mengenai ketersediaan air dan tata guna tanam di suatu areal pertanian.
Sementara itu Kepala Bidang OPSDA Dinas PUPR NTT, Benyamin Nahak menjelaskan pihaknya sudah melakukan uji coba penggunaan alat tersebut dan cukup memuaskan. “Kita sudah melakukan uji coba dan hasilnya cukup memuaskan. Setiap lima menit kita bisa mengetahui informasi ketinggian air,” ujar Beny.
Namun, dirinya juga mengakui perlu ada penyempurnaan lagi sehingga alat tersebut bisa memberi manfaat yang lebih besar kepada masyarakat.
Beny menjelaskan, nama aplikasi temuan pihaknya tersebut adalah PEDE Tanam 01. Namun dirinya mengatakan nama tersebut masih bisa berubah setelah dipresentasikan kepada Gubernur NTT. Demikian halnya nama alat yang masih dalam tahap pengusulan.
Kepada koran ini Kadis PUPR NTT, Andre Koreh menjelaskan alat dan aplikasi baru temuan pihaknya tersebut akan segera dipresentasikan kepada Gubernur NTT. “Segera kita presentasikan kepada Pak Gubernur dalam forum yang juga dihadiri stakeholder terkait sebelum resmi digunakan. Karena masih ada tahapan berikut yang harus dilakukan setelah ada kesepakatan soal nama karena ini menyangkut hak cipta,” jelas Andre.
Sumber:
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar