EDARAN LIBUR PASKAH TAHUN 2024

Jembatan Palmerah Menuju Era EBT


PEMBANGUNAN Jembatan Pancasila Palmerah yang menghubungkan Larantuka dan Adonara di Kabupaten Flores Timur kini mencapai tahapan pra feasibiliy study. Harusnya dilaksanakan tahun lalu namun tidak ada perusahaan yang memenuhi syarat untuk mengerjakan proyek baru tersebut. Butuh kualifikasi khusus untuk mengerjakan konstruksi jembatan yang ditambatkan turbin pembangkit tenaga listrik.
Terlepas dari proses atau progresnya hingga saat ini, yang paling penting dari keberadaan Jembatan Palmerah ini adalah tidak sekadar menghubungkan dua pulau dengan jembatan sepanjang lebih kurang 800 meter. Nilai lebihnya adalah kehadiran jembatan tersebut dalam memanfaatkan potensi listrik yang ada di Selat Gonsalu di antara Larantuka dan Adonara itu.
Arus laut di Selat Gonzalu sesuai hasil penelitian yang dilakukan banyak pihak memang sangat layak untuk dijadikan sumber listrik. Mulai dari Bappenas hingga survei yang dilakukan calon investor Tidal Bridge asal Belanda membuktikan kecepatan arus di selat yang kerap memakan korban tersebut sangat layak untuk menggerakan turbin pembangkit listrik. Potensinya bisa mencapai 300 megawatt.
Kepala Dinas PUPR NTT, Ir. Andre Koreh, MT menjelaskan kecepatan arus menurut penelitian BPPT sebesar 3,8 meter per detik sampai dengan 4,5 meter per detik. Namun, setelah diteliti sendiri oleh Tidal Bridge kecepatannya bisa mencapai lima meter per detik. Bisa dibayangkan dalam satu detik kecepatannya bisa mencapai lima meter.
Sebenarnya proyek Jembatan Palmerah ini adalah sebuah penemuan baru yang sangat relevan dengan program pemerintah saat ini. Pemerintah mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT). Energi fosil (BBM) mulai perlahan ditinggalkan dan pada akhirnya harus ditinggalkan 100 persen. Yang didorong adalah EBT baik berupa panas bumi, arus laut, angin, sungai hingga matahari.
Karena itu, apa yang diperjuangkan Pemerintah Provinsi NTT melalui Dinas PUPR untuk membangun Jembatan Palmerah ini sebenarnya merupakan sebuah terobosan baru di bidang transportasi dan energi. Sehingga tak heran jika konsorsium ternama asal Belanda, Tidal Brigde sangat tertarik pada proyek ini. CEO Tidal Brigde dari Belanda, Erik Van Den Eijnden langsung menyatakan ketertarikannya untuk menggarap proyek tersebut. Menurut mereka, ini akan menjadi proyek pertama pembangunan jembatan yang dikombinasikan dengan turbin yang bisa menghasilkan listrik dari arus laut.
Perjuangan membangun jembatan ini juga tak mudah. Sudah kurang lebih dua tahun pemerintah berusaha dengan meyakinkan pihak swasta dalam hal ini investor dari luar negeri. Ini juga sesuai dengan kebijakan Presiden Joko Widodo yang memprioritaskan sektor swasta untuk membangun infrastruktur. Jika tidak ada pihak swasta yang berminat barulah pemerintah yang bangun. Apalagi pola kerja sama dalam pembangunan Jembatan Palmerah ini adalah business to business (B to B) sehingga akan dilakukan dengan profesional.
Karena itu, tak heran jika sudah ada titik temu harga jual listrik dari pihak Tidak Bridge kepada PLN. Awalnya Tidal Bridge menawar cukup mahal yakni 12 cen dollar per Kwh. Namun, terbaru sudah turun sampai dengan 7,18 cen dollar per Kwh. Ini setelah mereka mengetahui kecepatana arus laut. Akan ada efisiensi jika kecepatan arus laut mencapai lima meter per detik.
Namun harga jual ini juga bisa saja berkurang lagi. Kadis PUPR NTT Andre Koreh mengatakan akan ada pertemuan lanjutan khusus membahas harga jual listrik tersebut. Senin hari ini dijadwalkan pembicaraan lanjutan antara pihak Tidal Bridge dangan Kementerian ESDM.
Untuk tahap awal, Tidak Bridge akan melakukan investasi membangun 25 megawatt. Daya yang dihasilkan ini cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik di Pulau Flores. Tinggal disiapkan jaringan distribusi yang menghubungkan seluruh Flores maka daya yang dihasilkan ini akan cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik. Tidak perlu lagi BBM yang sangat memberatkan PLN.
Memang butuh waktu untuk mencapai kondisi ini. Namun, setidaknya sudah ada sumber energi yang kita miliki untuk memenuhi kebutuhan. Bukan hanya untuk rumah tangga tetapi industri. Multi player efeknya sangat banyak. Industri pariwista akan tumbuh dengan pesat karena Flores memiliki banyak potensi. “Bisa juga dibangun industri galangan kapal, destilasi air laut menjadi air tawar, pabrik es dan lain-lain karena energinya cukup,” jelas Andre.
Jangan lupa, Flotim, Lembata dan Alor sudah ditetapkan pemerintah sebagai kawasan ekonomi khusus (KEK) Altaka. Kawasan ini memiliki potensi yang sama yakni di bidang kelautan. Karena itu kehadiran Jembatan Palmerah dengan sumber energi yang dihasilkan akan mendorong percepatan pembangunan kawasan tersebut.
Membangun Jembatan Palmerah sebenarnya investasi dan warisan untuk anak cucu. Saatnya energi fosil akan ditinggalkan. Listrik dari arus laut selat Gonzalu akan menjadi sumber listrik di Flores dan Lembata. Karena itu dukungan patut diberikan. Apalagi tidak mengganggu dana untuk membangun infrastruktur di bidang lainnya. Dana yang digunakan berasal dari investor.
Presiden Joko Widodo sendiri memberikan dukungan penuh untuk pembangunan proyek tersebut. Hal itu terlihat dari diikursertakannya Gubernur NTT Frans Lebu Raya dan Kadis PUPR NTT Andre Koreh dalam misi bisnis di Belanda April 2016 lalu. Saat itu ada pembicaraan khusus mengenai kerja sama pembangunan jembatan Palmerah.
Kita tentu berharap Presiden Joko Widodo melanjutkan kebiasaannya ikut hadir dan merayakan HUT NTT 20 Desember tiga pekan lagi. Karena Jokowi selalu memberi kado istimewa kepada NTT di hari itu. Tahun 2014 Bendungan Raknamo, 2015 Bendungan Rotiklot, 2016 Bendungan Napung Gete. 2017? Semoga Jembatan Palmerah dan Bendungan Temef di Kabupaten TTS. 
Sumber:

Komentar