SELEKSI PENERIMAAN PPPK LINGKUP PEMPROV NTT T.A 2024

Momen Refleksi, Evaluasi, dan Proyeksi


Seluruh insan keluarga besar Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia merayakan Hari Bakti PU ke-72. Untuk NTT, perayaannya baru dilaksanakan Senin (4/12) hari ini. Seperti apa keluarga besar Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) NTT memaknai momen ini?
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi NTT, Ir. Andre William Koreh, MT kepada koran ini awal pekan lalu menegaskan, Hari Bakti PU ke-72 tahun ini menjadi momen untuk melakukan refleksi, evaluasi dan proyeksi terhadap pembangunan infrastruktur di NTT.
“Hari Bakti PU ke-72 ini bagi kami keluarga besar Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang NTT menjadi momen untuk melakukan refleksi dan evaluasi terhadap apa yang sudah kami lakukan. Juga sekaligus sebagai proyeksi atas apa yang harus dilakukan ke depan,” kata Andre di ruang kerjanya.
Andre mengatakan, sebagai momen refleksi, Harbak PU ke-72 ini dijadikan insan PUPR NTT untuk merefleksi diri atau bercermin diri seperti apa peran dan kontribusinya dalam pembangunan daerah. “Kami harus melakukan refleksi atau bercermin diri. Seperti apa peran atau kontribusi kami dalam pembangunan daerah ini. Atau seperti apa potensi atau kekuatan kami untuk menjawab kebutuhan atau ekspektasi yang begitu besar dari masyarakat. Itu kami harus merefleksi diri,” kata Andre.
Karena itu, dirinya mengajak seluruh insan keluarga besar Dinas PUPR NTT untuk merefleksi diri. Mulai dari staf sampai pejabat, Andre meminta untuk melakukan refleksi. Dengan melakukan refleksi, demikian Andre, akan ada kesadaran akan apa yang menjadi tugas atau tanggung jawab masing-masing. “Kalau kita tidak pernah refleksi mana mungkin kita mau tahu apa yang menjadi tugas kita dan apa yang menjadi harapan atau keinginan dari mereka yang harus kita layani. Ini sangat penting. Karena itu, momen Harbak PU ke-72 ini saya mengajak semua insan PUPR NTT untuk melakukan refleksi bersama. Kesadaran akan apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab kita harus tetap ada dalam diri,” ungkap Andre.
Menurut Andre, sebenarnya pihaknya sudah maksimal dalam melaksanakan pembangunan infrastruktur di NTT. Dia mengakui, apa yang menjadi kebutuhan dan harapan dari masyarakat memang belum semuanya terapai. Namun, dia mengatakan pihaknya sudah sangat maksimal dalam melaksanakan pembangunan di bidang infrastruktur. “Memang belum optimal namun kita sudah maksimal karena di tengah keterbatasan anggaran, kita berusaha maksimal untuk membangun infrastruktur di NTT,” ujarnya.
Terutama pembangunan infrastruktur di bidang sumber daya air, Andre mengatakan NTT sudah sangat maksimal. Ini tidak terlepas dari perhatian yang tinggi dari Presiden Joko Widodo untuk membangun infrastruktur mengatasi masalah air di NTT. “Presiden ulang kali mengatakan, masalah utama di NTT itu adalah air. Sehingga tujuh bendungan akan dibangun di NTT dan kemungkinan akan bertambah menjadi 10,” ujar Andre.
Menurut Andre, air menjadi kebutuhan utama untuk menunjang pembangunan di sektor yang lain. Dia mengatakan, pembangunan di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi akan lebih bagus jika ketersediaan air cukup. “Bagaimana anak-anak bisa bersekolah dengan baik kalau air untuk mandi saja tidak ada. Apalagi kesehatan, air itu sangat vital. Demikian juga ekonomi dimana semua sektornya membutuhkan air,” tegas Andre.
Andre yang kini menempuh pendidikan doktor ini menjelaskan, NTT mengalami kekurangan atau defisif air sebesar 1,8 miliar kubik per tahunnya. “Jadi sangat banyak kita mengalami kekurangan air baik untuk air baku maupun untuk irigasi dan lainnya,” kata Andre. Yang ditampung hanya 58 juta kubik. Sedangkan air yang lewat di NTT dalam setahun itu mencapai lebih dari 10 miliar kubik.
Sehinggga kebijakan Presiden Joko Widodo memprioritaskan pembangunan bendungan di NTT menurutnya sangat tepat. Idealnya, jelas Andre, NTT butuh 70 bendungan, 4.000 embung kecil, 300 embung irigasi dan 3.000 sumur bor. “Ini baru kita atasi defisit air 1,8 miliar,” jelasnya.
Andre mengatakan, pemerintah pusat sudah melihat ini. Presiden Joko Widodo telah membuktikan komitmennya dengan membangun bendungan di NTT mulai tahun 2014. Saat ini sudah tiga bendungan sedang dibangun di tiga tahun pertama ini yakni Raknamo, Rotiklot dan Napung Gete. Tahun depan Bendungan Temef di Kabupaten TTS akan dibangun.
Bahkan Bendungan Rotiklot progresnya sudah mencapai 98 persen dan siap diresmikan Presiden Joko Widodo dalam bulan ini. Rotiklot sudah mencapai 80 persen lebih dan Napung Gete sudah belasan persen.
Menurut Andre, ini menjadi semacam terapi awal untuk mendukung pembangunan di bidang lainnya. Pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lainnya dengan sendirinya akan bergeliat jika ketersediaan air sudah cukup. “Bicara pendidikan harus ada air. Bagaimana sekolah dengan baik kalau air tidak ada. Ini jadi soal juga. Karena bicara pendidikan banyak variabel, salah satunya ketersediaan air. Kesehatan apalagi. Ekonomi juga sama, mau bikin apa kalau tidak ada air.” tanya Andre
Sehingga apa yang dilakukan Presiden Joko Widodo dengan membangun tujuh bendungan merupakan terapi awal. Sehingga tidak salah alokasi anggaran infrastruktur memang besar. Apalagi Presiden biasanya memberikan hadiah itu pada saat istimewah yakni HUT NTT.
Sementara itu, momen evaluasi yang harus dilakukan pihaknya, kata Andre, adalah sesuai dengan motto PUPR yakni bekerja keras, bergerak cepat dan bertindak tepat. “Ini yang harus dilakukan evaluasi. Apakah kami sudah bekerja dengan keras, bergerak dengan cepat dan bertindak dengan tepat,” katanya.
Andre mengatakan bisa saja sudah bekerja dengan keras, bergerak dengan cepat namun tidak tepat. “Contohnya banyak infrastruktur yang tidak bermanfaat. Sehingga motto ini jadi payung untuk motivasi. Kalau tidak perlu dibangun mengapa harus dibangun. Yang akibatnya memboroskan uang negara. Itulah momen 3 Desember ini selalu menjadi momen reflektif dan evaluatif sekaligus proyektif agar ke depan lebih baik lagi,” ujarnya.
Sedangkan untuk proyeksi apa yang akan dilakukan ke depan Andre mengatakan, pihaknya sudah memiliki program yang jelas untuk menjawab kebutuhan masyarakat NTT. “Tentunya sesuai dengan RPJMD yang kita tuangkan dalam program pembangunan infrastruktur yang lebih teknis. Namun, tentunya disesuaikan dengan kemampuan anggaran kita. Karena itu perlu ada prioritas mana yang harus didahulukan karena memang lebih urgen dibutuhkan,” kata Andre.
Dia mengatakan, idealnya dibutuhkan dana sekitar Rp 4 triliun untuk memenuhi seluruh pembangunan infrastruktur di NTT. Namun, dana itu terlampau besar. Bahkan hampir dua kali dari APBD NTT sehingga tidak mungkin bisa dialokasikan dalam satu tahun anggaran. “Sehingga skala prioritas dan melakukan efisiensi menjadi pilihan kita untuk proyeksi pembangunan infrastruktur ke depan,” ujar Andre.
Dirinya mengharapkan dengan semangat Hari Bakti PU ke-72 ini semakin memberi spirit dan motivasi untuk terus melakukan pembangunan infrastruktur dengan lebih baik ke depan. “Sedapat mungkin kami berusaha memenuhi infrasruktur yang menjadi kebutuhan masyarakat. Dengan semangat Harbak PU ke-72 ini maka kami harus bekerja lebih keras, bergerak lebih cepat dan bertindak lebih tepat,” tegasnya. 
Sumber:

Komentar