EDARAN LIBUR PASKAH TAHUN 2024

Groundbreaking Jembatan Palmerah sebelum Pemilu



Dibiayai Bank Pembangunan Belanda Rp 3,1 T
KUPANG, TIMEX – Kabar gembira untuk masyarakat NTT, khususnya warga kepulauan Flores dan Lembata. Pembangunan Jembatan Palmerah di Selat Gonzalu di Larantuka dan Adonara, Flores Timur, direncanakan dilaksanakan tahun 2019 ini.
Setelah mendapat persetujuan dari pemerintah Provinsi NTT, Tidal Bridge yang membangun jembatan tersebut segera memulai proses Analisis Dampak Lingkungan (Amdal). Bahkan peletakan baru pertama atau Groundbreaking pembangunannya dilakukan sebelum pemilu 2019, April nanti.
Hal ini terungkap dalam rapat koordinasi yang berlangsung di Lantai III Gedung Sasando, Selasa (22/1). Rapat dipimpin Asisten II Sekda NTT, Alex Sena. Hadir pada kesempatan itu, Ketua DPRD NTT, Anwar Pua Geno dan Ketua Komisi IV DPRD NTT, David Melu Wadu. Kepala Dians PU NTT, Andre Kore, Kepala Bappeda NTT, I Wayan Darmawa. Dari Tidal Bridge, hari CEO Tidal Bridge, Eric van deng Eijoden dan tim, termasuk Manager Director Tidal Bridge Indonesia, Latief Gau. Hadir pula perwakilan Bank Pembangunan Belanda dan tim Amdal.
Eric dalam pemaparannya menjelaskan, setelah berjalan sekira tiga tahun, pihaknya sudah mulai menemukan titik terang untuk membangun jembatan tersebut. Dan yang menjadi alasan utama adalah adanya pemasangan turbin yang bisa menghasilkan energi listrik hingga 30 Mega Watt.
“Jadi produksi listrik itu akan dipakai oleh PLN dan hasilnya bisa untuk membayar biara pembangunan jembatan. Itu sebenarnya pembangunan jembatan itu gratis,” kata Eric.
Dia jelaskan, total anggaran yang dibutuhkan sesuai perencanaan adalah Rp 3,1 triliun lebih. Panjang jembatan 800 meter itu dan turbin yang dipasang berukuran 8 meter. Sehingga menurutnya, berdasarkan analisa sementara, tidak ada pengaruh terhadap biota laut. Bahkan ikan sepanjang empat meter pun bisa melintas di dalam turbin besar tersebut.

Dia jelaskan, saat ini pihaknya sedang membahas tentang kerja sama antara Tidal Bridge, Kementerian ESDM, PT.WIKA, PT.PLN dan juga Kementerian PU dan Pemerintah Provinsi NTT untuk finalisasi rencana tersebut. Bahkan sudah mencapai kesepakatan.
Sementara Latief Gau menambahkan, untuk memudahkan proses kerja sama, Tidal Bridge mengajak PT. PLN masuk di dalam konsorsium. Sehingga tidak ada skema pembelian listrik oleh PLN ke Tidal Bridge. Karena PLN menjadi salah satu pemilik proyek tersebut.
Namun jika menggunakan sistem pembelian, masih membutuhkan pembahasan dan akan disesuaikan dengan peraturan menteri. Namun Latief katakan, saat ini yang lebih memungkinkan adalah kerja sama dengan PLN dalam bentuk konsorsium.
Disinggung terkait biaya pembangunan yang begitu besar, Latief tegaskan, tidak ada masalah bagi Tidal Bridge. Pasalnya, Bank Pembangunan Belanda sudah bersedia membiayai berapa pun yang dibutuhkan. “Yang membiayai sudah siap uangnya. Dan tidak ada uang 1 sen pun dari pemerintah. Jadi benar-benar pemjualan listriknya. Dan listriknya jauh lebih murah dari yang ada sekarang,” jelas Latief.
Dia tambahkan, saat ini listrik di Larantuka Flores Timur dijual dengan Rp 20 sen. Sehingga kalau Tidal Bridge menjual dengan Rp 15 sen pun masih jauh di bawah. Di sisi lain, pemerintah dan masyarakat justru mendapat jembatan gratis yang akan menjadi ikon wisata.
Dia kembali tegaskan, yang paling mungkin dilakukan adalah PLN menjadi salah satu pemilik. Karena ini merupakan teknologi baru di Indonesia. Bahkan terbesar di dunia. Sementara potensi energi dari arus laut di Indonesia masih tersedia. “Indonesia ini pulaunya ribuan dan selat banyak sekali,” sebut dia.
Menurut dia, untuk pembangunan pertama, energi yang dihasilkan sebesar 30 MW. Namun berdasarkan analisa Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), keseluruhan potensi yang ada di selat tersebut bisa mencapai 300 MW. Teknologi serupa sudah digunakan di Belanda. Namun menurut Latief, masih dalam skala kecil dengan energi listrik di bawah 2 MW. Namun bedanya lagi, Tidal Bridge membangun Palmerah mulai dari konstruksi jembatan hingga turbin. Sehingga didesain khusus dan bisa dikembangkan. Sementara yang sudah digunakan di Belanda, turbin hanya menjadi pelengkap, karena desain awal jembatan bukan untuk teknologi tersebut.
Ketua DPRD NTT, Anwar Pua Geno pada kesempatan itu menegaskan, DPRD sangat mendukung upaya pemerintah dalam kerja sama membangun jembatan Palmerah dan pemanfaatan arus laut tersebut. Dia yakin pemerintah pusat sangat mendukung. Buktinya, penandatanganan MoU di Belanda saat itu dihadiri langsung Presiden Joko Widodo. “Maka kami minta segera dibangun. Yang penting ada dampak terhadap ekonomi daerah,” kata Anwar.
Andre Koreh menambahkan, energi listrik yang dihasilkan tersebut harus benar-benar dihitung pemanfaatannya. Karena menurut dia, kebutuhan listrik di Larantuka saat ini hanya 9 MW. Sehingga PT. PLN harus memikirkan pemanfaatan siswa dari 30 MW tersebut.
Sementara Alex Sena tegaskan, pemerintah Provinsi NTT sudah menyatakan dukungannya terhadap pembangunan jembatan Palmerah. Sehingga mempersilakan Tidal Bridge untuk melanjutkan proses-proses yang sedang berlangsung untuk mempercepat proses pembangunannya.
Rencana pengembangan PLTAL ini disebut-sebut sejalan dengan upaya peningkatan rasio eletrifikasi NTT. Sebagai catatan, hingga kini rasio elektrifikasi NTT masih di bawah 70 persen, jauh di bawah rata-rata nasional yang sudah mencapai lebih dari 95 persen.
Sebagai informasi, rencana Pembangunan Jembatan Pancasila-Palmerah yang terintegrasi dengan turbin merupakan tindak lanjut rangkaian kunjungan kerja Presiden Jokowi ke Eropa pada 22 April 2016 lalu.
Dalam kunjungannya, dilakukan penandatanganan Head of Agreement (HoA) on Building Bridges Equipped with Sea Current Turbine Power Plant in the District of East Flores Sea, kerja sama investasi antara Kementerian PUPR, Tidal Bridge BV, serta Pemerintah Provinsi NTT pada acara Indonesia–The Netherland Business Forum di Belanda.
Kementerian PUPR telah menyelesaikan Pra-FS Pembangunan Jembatan Pancasila-Palmerah yang akan diintegrasikan dengan PLT Arus Laut pada tahun 2017. Hasil Pra-FS menyatakan bahwa proyek tersebut layak untuk dilaksanakan.
Tidal Bridge mengasumsikan dengan kecepatan arus laut Selat Larantuka rata-rata 3,5 m/s, kapasitas terpasang tiap turbin adalah sebesar 16 MW dengan energi yang dihasilkan secara efektif sebesar 6 MW. Dengan asumsi pemasangan 5 turbin, maka energi terbangkitkan rata-rata sebesar 30 MW.
PT PLN (Persero) dengan Tidal Bridge BV pada tanggal 22 Februari 2018 juga telah menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) tentang pelaksanakan studi kelayakan dan studi dampak jaringan dalam rangka pemanfaatan energi dari PLT Arus Laut ini. (cel/sam)

DATA JEMBATAN PAMERAH
Lokasi: Selat Gonzalu (Larantuka-Adonara)
Panjang: 800 Meter
Anggaran:
– Rp 3,1 T (Tidal Bridge)
– Rp 10 M (APBN)
– Rp 2 M (APBD NTT)

Tipe Pembangkit: Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL)
Listrik: 300 MW
Pelaksana FS: PT Bunana Archikom
Pelaksana proyek: Tidal Bridge Indonesia (Belanda)

Komentar