EDARAN LIBUR PASKAH TAHUN 2024

Proyek Irigasi Compang Ndejing Mubazir

MUBAZIR. Bangunan irigasi di Desa Compang Ndejing mubazir

Bangunan irigasi yang dibangun Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II di Desa Compang Ndejing Kecamatan Borong, tidak pernah difungsikan alias mubazir.
Pantauan Timor Express, Rabu (13/2), bangunan irigasi di sepanjang jalan dari Kampung Sok hingga Purang Mese Desa Compang Ndejing, kondisinya kering karena tidak pernah dialiri air. Pada titik tertentu, bangunanya sudah rusak. Dalam saluran ditumbuhi rumput.
Tampak tidak terawat karena pemanfaatnya tidak jelas. Samping kiri kanan bangunan irigasi terdapat lahan kebun yang sudah dicetak jadi lahan sawah oleh Pemkab Matim. Bangunan irigasi yang ada dibangun dengan menggunakan dana APBN tahun 2011.
Warga Kampung Sok Desa Compang Ndejing, Petrus Dahal kepada Timor Express di Sok, Rabu (13/2) mengatakan, sejak dibangun tahun 2011, bangunan irigasi ke Kampung Purang Mese tidak pernah berfungsi alias mubazir. Kini, kondisi bangunan irigasi tidak terurus. Terkesan ppemerintah, khususnya Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II membiarkan mubazir.
“Sejak selesainya pekerjaan proyek irigasi ini tahun 2011, tidak pernah berfungsi sampai dengan hari ini. Bangunan irigasi ini tidak ada manfaat bagi masyarakat setempat. Tentu kami sebagai masyarakat sangat kecewa dengan bangunan irigasi ini yang tidak memberikan manfaat bagi masyarakat,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, boleh dibilang proyek pembangunan irigasi tersebut hanya membuang anggaran negara. Karena semestinya tujuan dari pembangunan irigasi itu memberikan manfaat sesuai peruntukannya. Selama ini, saluran irigasi yang ada hanya dialiri air hujan. Saat wilayah itu diguyur hujan.
“Fungsi irigasi yang ada selama ini hanya untuk mengairi air hujan ke laut saat musim hujan tiba. Yang jadi pertanyaan, apakah pembangunan irigasi ini hanya ingin membuat warga Purang Mese tidak terendam banjir saat musim hujan tiba,” tanyanya.
Warga lain, Wensis Jarit menjelaskan, sejak irigasi selesai dibangun, masyarakat tidak tahu apa manfaat dari bangun irigasi itu. Karena tidak pernah dinikmati manfaat bangunan itu. Awal dalam proses pekerjaan, masyarakat senang dengan dibangunnya irigasi. Karena nantinya air yang mengalir tidak hanya untuk kepentingan persawahan, tapi juga untuk cuci, mandi dan minum.
“Awal kami senang saat irigasi ini mulai dibangun. Karena fungsinya nanti untuk mengairi air, baik untuk persawahan dan juga kepentingan lain. Seperti mandi, cuci dan minum. Tapi setelah selesai dibangun, irigasinya tidak pernah berfungsi. Tujuan utama bangun irigasi ini untuk kesejahteraan masyarakat. Tapi buktinya, justru mengecewakan,” ujarnya.
Dia berharap, Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II bisa menyelesaikan persoalan yang ada. Jika debit air tidak cukup, maka tidak perlu dipaksa bangun irigasi. Karena hanya bisa membuang anggaran dan kontraktor yang menguntungkan. Masyarakat setempat sangat berharap, irigasi harus berfungsi. Sehingga lahan warga yang sudah dicetak jadi sawah oleh Pemkab Matim bisa dikelola.
Kades Compang Ndejing, Ahmad Jabur yang ditemui mengatakan, sejak dibangun hingga sekarang, saluran irigasi dari Kampung Sok hingga Kampung Purang Mese belum ada penanganan serius dari Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II. Akibatnya, bangunan yang ada mubazir dan tidak terurus.
“Masyarakat Desa Compang Ndejing sangat merindukan agar irigasi yang sudah dibangun ini bisa berfungsi atau memberi manfaat kepada masyarakat. Lahan kami sudah siap untuk ditanami padi dan jenis hortikultura. Karena lahan yang ada sudah digusur untuk jadi lahan sawah,” kata Ahmad.
Menurutnya, sumber air yang seharusnya mengalir ke saluran irigasi dari kali Wae Dingin. Selain karena debit, persoalan air tidak sampai dan masuk di saluran irigasi Sok dan Purang Mese, karena belum ada pembagian air dari arah Sita, Wae Tegel, Kaca, Golo Mongkok dan Bondo. Ini perlu duduk bersama agar air dari sumbernya jangan seenaknya untuk ditutup dan mengalir ke sawah masing-masing.
Kata Ahmad, tahun 2012 ada pembukaan lahan sawah seluas 225 hektare oleh pemkab. Tapi sawah yang sudah dicetak itu tidak pernah dimanfaatkan, karena saluran irigasi tidak berfungsi. Saat musim hujan, warga manfaatkan lahan sawah yang ada untuk ditanami. Ada sebagian lahan yang sudah ditanam tebu. “Irigasi untuk ke Kampung Purang Mese dibangun tahun 2011. Sementara di Kampung Sok dibangun tahun 2017. Tapi baik di Purang Mese dan Sok, sejak dibangun tidak pernah dialiri air sesuai fungsinya,” bilang Ahmad Jabur.
Sumber:

Komentar