EXPO PERUMAHAN. Ketua DPD REI NTT, Bobby Thinung Pitoby memberikan penjelasan kepada Plt. Kepala Dinas PUPR Provinsi NTT, Maksi Nenabu seputar pembangunan perumahan oleh developer anggota REI NTT usai pembukaan Bank NTT-REI Expo di Lippo Plaza Kupang, Selasa (2/4)
RTLH di NTT 340 Ribu Unit
Bank NTT-REI Expo yang berlangsung di Lippo Plaza Kupang, telah dibuka pada Selasa (2/4). Selama 11 hari ke depan, REI NTT dan Bank NTT memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk memiliki rumah dengan harga spesial. Disebut spesial karena khusus untuk rumah subsidi, developer masih memberlakukan harga lama yakni Rp 148,5 juta. Yang menarik, pada penutupan expo di tanggal 12 April mendatang, artis Cita Citata akan menghibur pengunjung Bank NTT-REI Expo.
Terlepas dari kemeriahan acaranya, REI NTT dan Bank NTT berkomitmen menjadikan expo tersebut untuk menekan angka backlog (kesenjangan antara jumlah rumah yang terbangun dengan jumlah rumah yang dibutuhkan) di NTT yang masih tinggi.
Ketua DPD REI NTT, Bobby Thinung Pitoby menyebutkan, angka backlog di NTT saat ini juga masih besar yakni 90.538 unit rumah. Selain backlog, di NTT terdapat 340 ribu unit rumah tidak layak huni (RTLH). Kondisi ini sangat memprihatinkan, sehingga semua pihak termasuk REI harus bertanggungjawab untuk membangun perumahan dan merumahkan masyarakat pada rumah yang layak huni.
“Kami dari REI NTT masih terus berjuang untuk menekan angka backlog dan merumahkan masyarakat pada hunian yang layak,” ujar Bobby saat memberikan sambutan pada acara pembukaan Bank NTT REI Expo, Selasa malam.
REI NTT sendiri, lanjut Bobby, selama tiga tahun terakhir baru sanggup membangun rumah sebanyak enam ribu lebih. Dengan rincian, tahun 2016 sebanyak 1.611 unit, tahun 2017 sebanyak 2.454 unit, dan tahun 2018 sebanyak 2.842 unit. Sedangkan target pembangunan perumahan di tahun 2019 yakni sebanyak 3.500 unit. Dan, sama seperti tahun-tahun sebelumnya, perumahan yang dibangun untuk tahun ini masih didominasi oleh rumah subsidi.
“Saat ini REI NTT beranggotakan 74 perusahaan. Tiga tahun lalu anggota REI NTT masuk (kerja perumahan, red) di 12 kabupaten/kota. Saat ini sudah masuk di 19 kabupaten/kota dan sebelum akhir tahun, kami optimis masuk di semua kabupaten/kota. Kami juga mendorong teman-teman kontraktor agar mau menjadi developer karena kebutuhan akan perumahan masih tinggi,” kata CEO Pitoby Grup itu.
Menurut Bobby, kebanyakan penduduk NTT tergolong masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Dan salah satu kendala penyerapan rumah khususnya rumah subsidi di NTT oleh MBR yakni tingginya biaya BPHTB (Bea Peroleh Hak atas Tanah dan Bangunan). Untuk itu, REI NTT tak henti-hentinya memperjuangkan agar pemerintah daerah mereview kebijakan seputar BPHTB. Sebab dasar untuk mereview tarif BPHTB sebenarnya sudah ada, antara lain Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2017, Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2017, dan Permendagri Nomor 121 Tahun 2018.
“Saat mau kredit rumah, mereka harus membayar biaya BPHTB dan lain-lain. Nilainya masih besar yakni sekitar Rp 11 juta sampai Rp 15 juta. Sedangkan untuk cicilan sebesar Rp 900 ribu per bulan, masyarakat sebenarnya sanggup,” katanya.
“Jika pemerintah daerah melakukan menurunkan nilai BPHTB, saya yakin penyerapan akan rumah subsidi di masing-masing daerah pasti tinggi dan ini akan sangat membantu menurunkan angka rumah tidak layak huni dan back log,” sambung CEO PT Charson Timorland Estate itu.
Sementara Plt. Dirut Bank NTT, Absalom Sine, mengatakan, salah satu tujuan dari program pembangunan sejuta rumah yang dicanangkan pada 1 Mei 2015 yakni menekan angka backlog di Indonesia. Pasalnya di tahun 2015, angka backlog masih sangat tinggi yakni sekitar 7,6 juta.
Program ini, menurut Absalom, wajib didukung oleh semua pihak terkait. Dan Bank NTT sendiri mendukung penuh program ini dengan memberikan pembiayaan kredit konstruksi bagi developer agar bisa membangun rumah, serta kredit pemilikan rumah (KPR) bagi MBR melalui program FLPP agar MBR dapat memiliki rumah yang layak huni. Juga fasilitas kredit komersil bagi masyarakat yang bukan tergolong MBR.
“Tidak hanya memberikan dukungan pembiayaan kredit, Bank NTT juga ikut serta memasarkan rumah-rumah yang dibangun developer, sehingga selama ini kami bersama REI NTT melakukan expo. Tujuannya adalah untuk merumahkan masyarakat,” kata Absalom.
Selanjutnya Plt. Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Provinsi NTT, Maksi Nenabu, mengaku bersyukur jika angka backlog saat ini tinggal 90 ribu lebih unit rumah. Sebab beberapa tahun lalu, angka backlog di NTT sangat tinggi yakni sekitar 400 ribu lebih unit rumah.
“Penurunan ini juga karena ada kontribusi dari REI NTT. kami berterima kasih karena tugas kami pemerintah menjadi ringan,” tandasnya.
Maksi membenarkan, RTLH di NTT masih sekitar 340 ribu lebih unit, sehingga Pemprov NTT melalui Dinas PUPR punya tantangan berat untuk menuntaskannya. Terkait dengan RTLH, Maksi menyebutkan, sesuai target RPJMD yang sudah ditetapkan, setiap tahunnya pemerintah berkomitmen mengurangi jumlah RTLH dari total RTLH yang ada saat ini.
“Saat kami paparkan ke Pak Gubernur, beliau tidak mau kalau jumlah RTLH berkurang hanya sedikit tiap tahunnya. Beliau mau, saat masa jabatannya habis, angka RTLH harus nol. Begitu juga dengan angka backlog,” terang Maksi.
Untuk diketahui, saat acara pembukaan Bank NTT-REI Expo, hadir Direktur Utama Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan (PPDPP) Ditjen Pembiayaan Perumahan Kementerian PUPR, Budi Hartono dan Direktur Layanan PPDPP, Agusny Gunawan. Hadir pula Deputi Kepala BI NTT, Muhammad Syahrial, Kepala OJK NTT, Robert Sianipar, dan Direktur Utama PT Jamkrida, Ibrahim Imang.
Sumber:
|
Komentar
Posting Komentar