SELEKSI PENERIMAAN PPPK LINGKUP PEMPROV NTT T.A 2024

Warga Pasrah, Pembangunan Bendung Baing Dilanjutkan

Camat Wulla Waijilu Daniel Radja didampingi Kabag Humas dan Protokol Setda Sumba Timur Welem Djara Dale memberikan pernyataan terkait pembangunan Bendung Irigasi Baing di lokasi bendung tersebut, Senin (20/5).

Inilah lokasi pembangunan saluran induk Irigasi Baing di daerah Aliran Sungai Luku Waibara, Desa Laipandak, Kecamatan Wulla Waijelu, Kabupaten Sumba Timur. Gambar diabadikan Senin (20/5) petang.



Inilah papan proyek Bendung Irigasi Baing yang terpasang di lokasi jalan masuk lokasi, tepatnya di dekat Polsek Wulla Waijelu. Gambar diabadikan, Senin (20/5) petang.

Warga Desa Laipandak, Kecamatan Wulla Waijelu, Kabupaten Sumba Timur yang dikhabarkan menolak pembangunan Bendung Irigasi Baing yang dilaksanakan Pemerintah Pusat melalui Kementerian PUPR, cq Ditjen Sumber Daya Air, Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II (BWS NT II), sudah tidak mempersoalkan pembangunan tersebut.
Yosef Hinggu Meha Rangga (50) saat mendampingi ibundanya Djati Ata Hau (72) yang viral di media sosial (saat menghadang exavator yang hendak menggusur sejumlah tanaman di lahan mereka), kepada wartawan di kediamannya, Senin (20/5) mengatakan, meskipun keluarga bersikeras menolaknya karena merusak tanaman umur panjang milik mereka seperti pinang, kelapa, sirih, dan sejumlah tanaman lainnya, namun kenyataannya pembangunan bendung tersebut sudah berjalan.
“Karena kondisi sudah terlanjur digusur semua tanaman itu, maka kami keluarga mempersilahkan pembangunan tersebut dilanjutkan. Pemerintah mungkin sudah nyaman, sehingga terus kerja bendungan itu karena mungkin pemerintah sudah melihat kehidupan kami ini sudah sejahtera, sehingga digusur tanaman kami pun kami tidak rugi,” katanya.
Meski mempersilahkan untuk dilanjutkan pekerjaan bendung tersebut, kata Yosef, pihak keluarga menegaskan agar tidak boleh lagi ada perluasan areal lahan bendung, sehingga tidak merambat menggusur tanaman lain milik mereka.
“Ya karena sudah terlanjur digusur, jadi silahkan kerja terus dengan satu catatan asalkan tidak merambat lagi. Yang peting ada jaminan tanaman kami yang lain tidak lagi rusak terkena dampak,” tegas Yosef.
Ia menjelaskan, pihaknya menolak pembangunan bendung itu karena mereka tidak mau tanaman mereka dirusakkan karena tentu menimbulkan kerugian yang besar. Sebab, melalui tanaman-tanaman tersebut kami bisa hidup dan juga bisa menyekolahkan anak mulai dari bangku SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi, bahkan ada yang sudah bergelar sarjana.
Yosef juga berterima kasih kepada Bupati Sumba Timur Gidion Mbilijora yang menurunkan tim dari kabupaten untuk mencari win-win solution dalam persoalan ini. Namun, kami keluarga menegaskan tidak akan menerima ganti rugi lahan terkait keberatan yang mereka sampaikan selama ini atau jika ada ganti rugi lahan yang dibagikan secara pribadi. Namun, jika lahan itu dibagikan secara umum kepada  seluruh warga terdampak pembangunan bendung tersebut, maka keluarga akan menerimanya.
Terpisah Camat Wulla Waijilu Daniel Radja didampingi Kabag Humas dan Protokol Setda Sumba Timur Welem Djara Dale yang dikonfirmasi wartawan di lokasi pembangunan bendung itu menjelaskan, pembangunan Bendung Irigasi Baing itu merupakan usulan masyarakat Wulla Waijilu sudah dari tahun ke tahun, sejak masa kepemimpinan Bupati Umbu Haramburu Kapita, yang baru pada tahun 2019 ini terlaksana pembangunannya.
Daniel mengatakan, pada prinsipnya masyarakat Wulla Waijilu sangat berterima kasih dengan kehadiran bendung ini, namun dalam pelaksanan pembangunan bendung itu sejak bulan Maret lalu, ia mengakui warga Desa Laipandak sebagianya merespon positif, namun sebagian warga menolak dengan alasan tanaman produktif mereka.

Terkait penolakan sebagain warga tersebut, kata Daniel, pemerintah Kecamatan Wulla Waijelu yang mendampingi tim dari BWSNT-II beserta tim dari kabupaten sudah melakukan sosialisasi terkait pembangunan bendung itu kepada masyarakat sekitar tiga kali.
“Kami sudah melakukan pendekatan kekeluargaan dengan melibatkan tokoh masyarakat, namun ada sebagian warga yang tetap menolak. Akan tetapi ke depan kami terus akan melakukan pendekatan, agar semuanya clear,” kata Daniel.
Daniel mengatakan, pembangunan akan terus berlanjut meskipun sebagian warga masih menolak karena pembangunan bendung ini demi kepentingan masyarakat Wulla Waijilu. Bendung irigasi Baing ini akan mengairi masyarakat di sejumlah wilayah desa yakni Desa Wula, Laimeta, Lainjaji, Latena, Lumbu Manggit, Paranda, Laipandak.
Menurutnya, jika pembangunan bendung ini ditolak dan kemudian bendung itu dipindahkan ke tempat lain, tentu masyarakat akan rugi sebab ini telah diusul dari tahun ke tahun. Disinggung terkait apakah ada penambahan luas area di lokasi bendung yang akan mengakibatkan polimik lagi, Daniel mengatakan, sesuai informasi yang diperoleh dari pihak BWSNT-II tidak ada penambahan luas area lagi.
Satker PJPA Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II Fernando Rajagukguk yang dikonfirmasi usai menemui Bupati Sumba Timur, Selasa (21/5) siang menjelaskan, pihanya akan memeberikan uang sirih pinang bagi warga pemilik tanaman yang ditumbangkan dalam pembangunan bendung irigasi tersebut.
“Jadi ada uang sirih pinangnya, jadi kita tidak korbankan masyarakat. Prinsipnya pemerintah memperhatikan masyarakat bukan untuk merugikan atau menyengsarakan masyarakat,” ungkap Fernando.
Terkait harapan warga agar tidak lagi memperluas areal bendung irigasi tersebut, sehingga tidak merambat dan merusakkan tanaman milik warga, Fernando mengatakan areal untuk lokasi pembangunan bendung itu hanya 50 meter saja.
Menurutnya, masalah sosial sebenarnya pada saluran pengait, dan saluran itu nantinya akan dikembalikan nantinya seperti semula dan nantinya akan ditimbun kembali dan nanti akan dimanfaatkan kembali oleh masyarakat. Pembangunan tahap pertama di Tahun Anggaran 2019 ini berupa pembangunan bendung dan saluran irigasi induk sepanjang lima kilometer dengan anggaran Rp 44 miliar.
Sumber:
“Pembangunan bendung irigasi Baing ini direncanakan akan berlangsung selama tiga tahun. Untuk tahap pertama di tahun 2019 ini sebesar Rp 44 miliar, dari total rencana keseluruhan untuk pembangunan bendung irigasi Baing ini sekitar Rp 163 miliyar hingga rampung, sepanjang ketersediaan anggaran dari Pemerintah Pusat,” imbuhnya.

Komentar