SELEKSI PENERIMAAN PPPK LINGKUP PEMPROV NTT T.A 2024

Butuh Upaya Perlindungan Air, Nusa Tenggara Masuk Kategori Kritis Air


Peserta Workshop Pengendalian Kerusakan Perairan Darat Melalui Skema Public Private Partneship dan Imbal Jasa Lingkungan di Hotel Sotis, Jalan Timor Raya, Jumat (27/9/2019). 




Nusa Tenggara khususnya NTT termasuk kategori wilayah dengan daerah yang kritis kebutuhan air. Karena itu dibutuhkan upaya-upaya perlindungan air.

Hal ini disampaikan Kasubid Direktorat Pengendalian Kerusakan Perairan Darat , Ditjen PPKD, Kementerian LHK, Ir. Heru Winarto,M. Si pada acara Workshop Pengendalian Kerusakan Perairan Darat Melalui Skema Public Private Partneship dan Imbal Jasa Lingkungan.

Acara ini berlangsung di Hotel Sotis, Jalan Timor Raya, Jumat (27/9/2019).

Workshop ini digelar oleh BPDAS dan Hutan Lindung Benain Noelmina.

Moderator dalam Workshop ini adalah Ketua Forum DAS NTT, Dr. Mikhael Riwu Kaho.

Menurut Heru,sesuai kebutuhan air di Indonesia, Nusa Tenggara termasuk daerah dengan kategori kritis.

"Jadi daerah Nusa Tenggara masuk daerah kritis kebutuhan air, termasuk wilayah Sumatera yang hampir kritis. Sedangkan untuk pulau Jawa sudah defisit," kata Heru.

Dijelaskan, selain itu di Pulau Kalimantan masih surplus air, juga wilayah Irian Jaya
Dikatakan secara umum air bumi sebanyak 1,4 miliar meter kubik, air laut sebanyak 97 persendan air tawar hanya 3 persen.


" Secara umum di dunia saat ini mengalami kritis air. Sementara itu Jakarta masuk salah satu kota di dunia yang terancam kekurangan air ," katanya
Karena itu, lanjutnya, semua pihak harus berpikir dari hulu ke hilir, kontribusi pemulihan DAS.

"Pada prinsipnya menjaga keberlanjutan air, menjaga sumber air, melindungi sungai danau,mata air dan air tanah," ujarnya.

Sedangkan upaya yang bisa dilakukan seperti pemanenan air hujan meliputi menampung, meresapkan,mengalirkan dan memelihara.

Sementara itu,sesuai data da Yucunri BPDAS dan Hutan Lindung Benain Noelmina, di NTT terdapat 3.977 DAS dan memiliki lahan kritis 840.914 hektar

Sementara itu, Ir. Nita Kartika, M.Ec dari Direktorat Pencegahan dan Konservasi SDA ,Bappenas mengatakan, di NTT neraca air kecil di musim kemarau sulit air tapi jika musim hujan air melimpah.

"Kemarin saya ke Soe lewat sungai, kita lewat jembatan, luar biasa. Ada sungai dengan air dan saya kira ini butuh perhatian air," kata Nita.

Dikatakan, dengan kondisi itu maka semua pihak harus bisa mengantisipasi.

"Di NTT juga pertumbuhan penduduk relatif masih kecil. Saya pernah ke Ruteng dan saya lihat hutan dan air. Perlu ada perhatian pemerintah kabupaten untuk menjaga hutan sebagai daerah tangkapan air," katanya.

Ir. Rahayu Riana,M.Sc dari Direktorat Pencegahan Dampak Lingkungan Kebijakan Wilayah dan Sektor,Ditjen PKTL, Kementerian LHK RI, mengatakan, penyedia air di hulu dan pemanfaat ada di hilir. Karena itu perhatian di hulu harus menjadi fokus.

"Jika penyedia di pemerintah maka pasti ada kontribusi APBN atau APBD," kata Rahayu.

Sumber:






Komentar