- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Peserta
Workshop Pengendalian Kerusakan Perairan Darat Melalui Skema Public Private
Partneship dan Imbal Jasa Lingkungan di Hotel Sotis, Jalan Timor Raya, Jumat
(27/9/2019).
|
Nusa Tenggara khususnya NTT termasuk kategori wilayah
dengan daerah yang kritis kebutuhan air. Karena itu dibutuhkan upaya-upaya
perlindungan air.
Hal ini disampaikan Kasubid Direktorat Pengendalian Kerusakan Perairan
Darat , Ditjen PPKD, Kementerian LHK, Ir. Heru Winarto,M. Si pada acara
Workshop Pengendalian Kerusakan Perairan Darat Melalui Skema Public Private
Partneship dan Imbal Jasa Lingkungan.
Acara ini berlangsung di Hotel Sotis, Jalan Timor Raya, Jumat (27/9/2019).
Workshop ini digelar oleh BPDAS dan Hutan Lindung Benain
Noelmina.
Moderator dalam Workshop ini adalah Ketua Forum DAS NTT, Dr. Mikhael Riwu
Kaho.
Menurut Heru,sesuai kebutuhan air di Indonesia, Nusa Tenggara termasuk
daerah dengan kategori kritis.
"Jadi daerah Nusa Tenggara masuk daerah kritis kebutuhan air,
termasuk wilayah Sumatera yang hampir kritis. Sedangkan untuk pulau Jawa sudah
defisit," kata Heru.
Dijelaskan, selain itu di Pulau Kalimantan masih surplus air, juga wilayah
Irian Jaya
Dikatakan secara umum air bumi sebanyak 1,4 miliar meter kubik, air laut
sebanyak 97 persendan air tawar hanya 3 persen.
" Secara umum di dunia saat ini mengalami kritis air. Sementara itu
Jakarta masuk salah satu kota di dunia yang terancam kekurangan air ,"
katanya
Karena itu, lanjutnya, semua pihak harus berpikir dari hulu ke hilir,
kontribusi pemulihan DAS.
"Pada prinsipnya menjaga keberlanjutan air, menjaga
sumber air, melindungi sungai danau,mata air dan air tanah," ujarnya.
Sedangkan upaya yang bisa dilakukan seperti pemanenan air hujan meliputi
menampung, meresapkan,mengalirkan dan memelihara.
Sementara itu,sesuai data da Yucunri BPDAS dan Hutan Lindung Benain
Noelmina, di NTT terdapat 3.977 DAS dan memiliki lahan kritis 840.914 hektar
Sementara itu, Ir. Nita Kartika, M.Ec dari Direktorat
Pencegahan dan Konservasi SDA ,Bappenas mengatakan, di NTT neraca air kecil di
musim kemarau sulit air tapi jika musim hujan air melimpah.
"Kemarin saya ke Soe lewat sungai, kita lewat jembatan, luar biasa.
Ada sungai dengan air dan saya kira ini butuh perhatian air," kata Nita.
Dikatakan, dengan kondisi itu maka semua pihak harus bisa mengantisipasi.
"Di NTT juga pertumbuhan penduduk relatif masih kecil. Saya pernah ke
Ruteng dan saya lihat hutan dan air. Perlu ada perhatian pemerintah kabupaten
untuk menjaga hutan sebagai daerah tangkapan air," katanya.
Ir. Rahayu Riana,M.Sc dari Direktorat Pencegahan Dampak Lingkungan
Kebijakan Wilayah dan Sektor,Ditjen PKTL, Kementerian LHK RI, mengatakan,
penyedia air di hulu dan pemanfaat ada di hilir. Karena itu perhatian di hulu
harus menjadi fokus.
"Jika
penyedia di pemerintah maka pasti ada kontribusi APBN atau APBD," kata
Rahayu.
Sumber:
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar