EDARAN LIBUR PASKAH TAHUN 2024

Waduh, Debit Air Tilong Sisa 30 Persen, berubah warna, keruh, berwarna kuning kehijau-hijauan

Kondisi air Bendungan Tilong yang debitnya menurun dan warna airnya kuning kehijau-hijauan, Rabu (25/9/2019)



Debit air Bendungan Tilong mengalami penurunan. Per September 2019, air berkurang hingga 70 persen. Bendungan di Desa Oenlasi Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang memiliki daya tampung mencapai 19 juta meter kubik (m3).

Kondisi ini berdampak terganggunya distribusi air bersih untuk masyarakat Kota Kupang dan Kabupaten Kupang. Pasokan air irigasi untuk persawahan juga terkendala. Hanya persawahan di Desa Fatukanutu dan Noelbaki yang memperoleh air, itu pun tidak rutin. Sementara kebanyakan lahan sawah yang sudah ditanami padi dan holtikultura tidak kebagian air.

Air Bendungan Tilong juga berubah warna. Selain keruh, berwarna kuning kehijau-hijauan.

Menurut pengamat air Bendungan Tilong Simson Banu, apabila intensitas hujan tinggi maka bendungan penuh air bahkan sampai meluap. Namun, pada tahun 2019, kondisi ketersediaan air menurun drastis. Hal itu dikarenakan musim kemarau panjang.

"Sekarang ini debit air turun sampai 70 persen, masih sisa 30 persen. Memang kita sudah tutup untuk tidak dialirkan tapi permintaan petani dari Fatukanutu dan Noelbaki karena padi terancam gagal panen maka kita keluarkan ke irigasi. Itupun cuma dua hari dalam seminggu," terang Simson saat ditemui di kediamannya, Rabu (25/9/2019).

Simson mengaku sangat mengetahui kondisi pasokan air Bendungan Tilong. Dia berperan sebagai pengamat sejak tahun 2002, setelah Bendungan Tilong diresmikan penggunaannya.

Simson mengatakan, apabila hingga Oktober 2019 hujan belum turun maka debit air Bendungan Tilong bisa turun mencapai 28 persen.

Di saat penurunan debit, distribusi air untuk memenuhi kebutuhan warga Kota Kupang dan Kabupaten Kupang masih berjalan tapi di bawah pengawasan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) SPAM NTT.

Kasatker Operasi Pemeliharaan Bendungan Tilong pada Balai Sungai Nusa Tenggara II, Bernadeta Tea menjelaskan, debit air Bendungan Tilong saat ini terus menyusut hingga 5,9 juta meter kubik.

"Daya tampung bendungan itu sebenarnya 19 juta meter kubik. Tetapi saat memasuki musim kemarau, debitnya terus mengalami penyusutan hingga mencapai 5,9 juta meter kubik," kata Berbadeta kepada Antara di Kupang, baru-baru ini.

Balai Sungai Nusa Tenggara II, katanya, terus memantau penurunan debit air Bendungan Tilong. Jika airnya sudah menyusut hingga batas terendah 3,5 juta meter kubik maka pihaknya akan menutup saluran air.

Dia menyebut saat ini sedang puncak musim kemarau sehingga ada kemungkinan air di bendungan itu akan terus menyusut.

Selain Bendungan Tilong, kurang lebih 200 embung dari 1.140 embung yang tersebar di wilayah NTT juga mengalami kekeringan. Akibatnya pasokan air bersih bagi tanaman dan hewan juga tidak ada sehingga di beberapa daerah seluruh tanamannya kering kerontang lalu mati.

Di beberapa embung, kata Bernadeta, kekeringan juga disebabkan adanya kerusakan dan bahkan sudah dijadikan sebagai area penggembalaan ternak. "Embung-embung sudah dibangun sejak tahun 1990-an dan sudah rusak. Sekarang sudah dijadikan area penggembalaan ternak, " ujarnya.


Stop Distribusi

Penurunan debit air Bendungan Tilong berdampak pada penghentian sementara distribusi air bersih untuk warga Kota Kupang. Selain berkurang, air berubah warna menjadi kuning kehijauan.


Pelaksana Tugas Dirut PDAM Kabupaten Kupang, Lobrik Saubaki melalui Kepala Divisi Pelanggan, Ina Bubu mengakui debit air Bendungan Tilong mengalami penurunan drastis. Akibatnya, untuk sementara distribusi air untuk pelanggan dihentikan.

"Memang betul untuk air dari Tilong kondisinya sangat keruh. Debitnya juga turun. Saya sendiri yang menjadi pelanggan sudah tiga pekan ini beli air tangki. Kita mau bagaimana karena kondisi alam demikian," ujar Ina saat dikonfirmasi, Selasa (17/9/2019).

Dia tidak bisa memastikan kapan pasokan air bersih kembali normal. Apalagi, saat ini air berwarna kuning kehijau-hijauan.

Hal senada disampaikan Pejabat Sementara (Pjs) Direktur PDAM Kota Kupang, Marius Romy Seran. "Kami belum tahu penyebabnya apa. Tetapi kami menduga kalau debit airnya sudah berkurang, tersisa sekitar 2 juta meter kubik saja," sebut Romy saat ditemui di Kupang.
Menurut Romy, pihaknya sudah menyurati Pemerintah Kabupaten Kupang untuk mencari tahu penyebab dari penutupan pasokan air dari Bendungan Tilong. "Saat ini PDAM kehilangan potensi pendapatan sebesar 30 persen terkait dengan penghentikan suplai air baku dari Tilong," kata Romy.

Menurut Romy, pihaknya terpaksa menjadwal ulang pasokan air bersih bagi warga di Kota Kupang dari setiap hari menjadi 3 kali dalam sepekan.

Kualitas Air

Pada Agustus 2019 lalu, lanjut Romy, pihaknya sudah menyampaikan keluhan konsumen menganai kualitas air yang bersumber dari Bendungan Tilong. Warga mengeluh air keruh.

PDAM Kota Kupang, lanjut Romy, meminta BLUD SPAM NTT agar segera memperbaiki kualitas air. "Kami komplain ke mereka, karena kita juga pelanggan. Berdasarkan fakta yang ditemukan oleh warga bahwa air dari Tilong itu keruh dan berwarna kekuningan," ungkapnya.

Pihak BLUD SPAM, kata Romy, meminta waktu untuk melakukan treatmen khusus untuk memperbaiki kualitas air.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Provinsi NTT, Maksi Nenabu mengatakan, pihaknya melalui BLUD SPAM terus berupaya membenahi kualitas air Bendungan Tilong sehingga layak dikonsumsi konsumen.

"Memang beberapa waktu lalu, air ini keruh, tapi BLUD SPAM sedang berupaya untuk mengatasi kekeruhan yang terjadi," kata Maksi saat dikonfirmasi Jumat (27/9/2019).

Menurut Maksi, kekeruhan terjadi karena debit airnya berkurang. Selain itu karena endapan-endapan yang ada sudah terserap sehingga mempengaruhi warna air.

"Kemarin hasil pengujian mereka sudah baik. Saat ini ada keputusan bersama Pemprov NTT, Balai Wilayah Sungai dan pemerintah Kabupaten Kupang dan Kota Kupang agar menghentikan sementara pelayanan air ke irigasi," katanya.

Maksi mengatakan, upaya itu dilakukan agar tidak mengganggu pelayanan air bersih kepada masyarakat. "Kita harapkan masyarakat bisa memahami kondisi yang ada," ujarnya.

Sumber:

Komentar