- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Memperingati Hari Bakti (Harbak) Pekerjaan Umum ke-71, hari ini Sabtu (3/12/2016) moral-politik.commewawancarai Ketua MUI NTT Abdul Kadir Makarim. Seberapa baiknya kinerja Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)? Indikatornya bisa terlihat dari titik genangan air di Kota Kupang. Apa semakin berkurang kala musim penghujan, atau justeru sebaliknya?
MORAL-POLITIK.COM : Harapan terhadap Dinas PU NTT sangat besar. Kinerja dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di bawah kepemimpinan Andreas W. Koreh benar-benar menjadi sorotan maha besar.
Tidak kurang dari ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Abdul Kadir Makarim ikut memberikan penilaian.
Pensiunan pegawai negeri sipil (PNS) pada Pemerintah Provinsi NTT ini secara jujur dan terbuka menuturkan bahwa kinerja Dinas PU NTT sangat menggembirakan bagi masyarakat Kota Kupang sebagai pengguna sarana infrastruktur jalan.
Bahkan katanya, beberapa hari terakhir dirinya sempat berkeliling menggunakan kendaraan. Ia melihat ada kemajuan besar di Kota Kupang. Beberapa ruas jalan yang selama ini sering tergenang air, seperti di Jalan Sudirman di depan Hotel Astiti, sudah tidak nampak lagi. Belum lagi ditambah pekerjaan drainase di beberapa titik jalan seperti di Jalan W.J. Lalamentik, Jalan Sudirman, dan beberapa ruas jalan di Kota Kupang dengan status jalan Provinsi.
“Hal ini menunjukan bahwa Dinas PU NTT sangat serius dalam menangani persoalan infrastruktur di Kota Kupang,” katanya.
Menurut Makarim, dengan semakin membaiknya infrastruktur jalan dan drainase di Kota Kupang, harus juga diimbangi dengan kepedulian dari masyarakat.
Sebagai Ketua Umat Beragama di Kota Kupang, dirinya menghimbau agar masyarakat sadar dan tidak lagi membuang sampah di sembarang tempat, terutama pada saluran-saluran drainase yang bisa menghambat jalannya air pada drainase, yang menyebabkan air meluap ke badan jalan yang menyebabkan genangan dan menimbulkan
“Masyarakat dan umat diharapakan mampu menjaga kebersihan, yang pertama jangan membuang sampah di pada saluran drainase. Masyarakat juga jangan tinggal diam dan selalu memperhatikan drainase jika penyumbatan. Jangan hanya menunggu pemerintah yang bekerja tetapi semua masyarakat harus proaktif membersihkan saluran-saluran air yang ada, sehingga tidak menimbulkan banjir,” katanya.
Aba Kadir, begitu sapaan akrab dari Ketua MUI NTT ini, juga menghimbau kepada masyarakat agar selain memperhatikan masalah-masalah sampah, masyarakat juga diminta kooperatif jika ada pembangunan jalan maupun drainase di Kota Kupang, maupun di seluruh NTT, agar tidak menyulitkan Dinas PU NTT ketika pengembangan jalan maupun drainase. Masyarakat diminta jangan menghambat pembangunan dengan tidak rela melepas lahan mereka, atau menuntut ganti rugi secara berlebihan. Karena anggaran yang dianggarkan pemerintah biasanya sudah melalui perhitungan sesuai kebutuhan pekerjaan dan ganti rugi yang layak, sehingga ketika masyarakat menuntut ganti rugi berlebihan akan menyulitkan pemerintah karena keterbatasan anggaran.
“Kalau minta ganti rugi yang sesuai, jangan kita menghambat pemerintah, sebab apa yang pemerintah buat untuk kepentingan umum. Kalau kita merelakan lahan kita secara baik-baik itu bagian dari amal dan ibadah, sebab apa yang kita buat untuk kepentingan bersama. Dalam kitab Suci umat islam juga mengajarkan kepada kita untuk berbuat baik apalagi demi kepentingan umum. Pahalanya besar,” sambungnya.
Ketua MUI juga menyarankan kepada Dinas PU NTT agar sering melakukan monotiring di seluruh NTT, untuk melihat kebutuhan masyarakat soal kebutuhan jalan dan drainase, sebab khususnya di NTT masih sangat butuh pembenahan infrastruktur. Selain hindari juga kepentingan-kepentingan politis dan melakukan pembangunan berdasarkan kebutuhan masyarakat.
sumber:
by. Max Pedrico
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Top.
BalasHapus