EDARAN LIBUR PASKAH TAHUN 2024

Jembatan Pancasila Palmerah Berawal Dari Kebutuhan, Potensi, Dan Teknologi





Ide dasar pembangunan Jembatan Pancasila Palmerah berangkat dari analisis kebutuhan, potensi, sampai pada teknologi yang dimiliki pihak investor.
Hal ini diungkapkan Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Andreas W. Koreh kepada moral-politik.com di ruang kerjanya, Senin (13/11/2017) petang.
Andre mengatakan, pembangunan Jembatan Pancasila Palmerah merupakan upaya untuk menjawab kebutuhan masyarakat dengan melihat potensi yang dimiliki daerah, juga dengan teknologi yang dimiliki pihak investor.
“Ide dasar pembangunan jembatan ini ialah melihat potensi untuk menjawab kebutuhan. Dengan adanya kebutuhan dan potensi, kebetulan ada pihak investor yang ingin berinvestasi. Dan mereka memiliki teknologi untuk membangun jembatan itu,” katanya.
Menurutnya, NTT adalah provinsi kepulauan. Dengan laut yang begitu luas, diperlukan infrastrukur untuk menghubungkan berbagai pulau. Lalu dengan infrastruktur itu, masyarakat bisa memanfaatkannya untuk memaksimalkan potensi daerah.
“Saya melihat di Pulau Adonara dan sekitarnya, banyak potensi laut, pariwisata, perkebunan, pertanian, yang belum digerakkan secara maksimal. Jika jembatan itu telah berhasil di bangun, banyak potensi itu bisa digerakkan lebih maksimal,” jelasnya.
Kadis PUPR NTT itu mengatakan, selain potensi-potensi itu, di selat Gonzalu terdapat arus laut yang bisa membangkitkan sumber listrik.
“Ini adalah potensi. Dan kebetulan sekali, ada pihak investor yang ingin berinvestasi. Tentu saja, pihak investor memiliki teknologi untuk pembangunan ini,” tambahnya.
Terkait potensi yang dihasilkan oleh arus Gonzalu, Andre mengatakan, tahun 2008 sudah pernah di pasang sebuah turbin, dan menghasilkan 2000 watt. Namun karena derasnya arus laut, turbin itu akhirnya hanyut.
“Kecepatan arus Selat Gonzalu mencapai 3,5 sampai 4,5 meter per detik. Bahkan di beberapa tempat, kecepatannya mencapai 5 meter per detik. Ini potensi. Pihak investor dari Belanda akan kucurkan dana 175 juta dolar untuk hasilkan 25 MW,” jelasnya.
Andre mengakui, sebuah terobosan besar pastilah mengandung tantangan yang besar pula.
“Saya mengakui, sebuah terobosan besar pastilah ada tantangan. Tidak mungkin tanpa hambatan. Dan saya sadari, banyak masyarakat juga menyangsikan hal ini. Namun tidak mungkin pihak investor tidak serius menangani hal ini, karena mereka sudah mengeluarkan uang yang begitu banyak untuk mendanai perjalanan mereka. Dan banyak bukti yang menunjukkan, sesuatu yang besar pastilah banyak tantangan. Lihat saja pembangunan Monas, Stadion Gelora Bung Karno. Paling dekat, Taman Nostalgia (Tamnos). Awalnya banyak tidak suka. Tapi akhirnya mereka juga yang menikmati,” katanya.
Sumber:

Komentar