SELEKSI PENERIMAAN PPPK LINGKUP PEMPROV NTT T.A 2024

Haik Lontar, Alat Ukur Debit dan Muka Air dari NTT Gegerkan Indonesia

Utusan dari Bappenas, Kementerian Desa, Kemenkom Info ketika bertemu Kepala Dinas PU NTT, Ir. Andre W Koreh, MT terkait inovasi baru alat pencatat debit dan muka air, di Saluran Irigasi, Haik Lontar, Senin (12/11/2018)


Sebuah teknologi yang diberi nama Haik Lontar menggegerkan Indonesia. Alat pengukur debit air dan tinggi muka air di saluran irigasi ini dinilai sebagai inovasi baru dengan manfaat luar biasa.
Tidak heran jika tiga Kementerian sekaligus langsung menurunkan utusan ke NTT dan bertemu Kepala Dinas PUPR NTT, Ir. Andre W Koreh, MT untuk sekedar mengetahui cara kerja alat tersebut.

Utusan itu berasal dari Bappenas, Kemenkom Info, Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal.

Dalam pertemuan dengan Andre Koreh dan jajarannya, Plt. Direktur Ekonomi Digital Kemenkom Info, Nizam Waham, mengatakan, pembangunan ekonomi ke depat sudah berbasis digital.
Nizam yang datang bersama tiga stafnya, mengatakan, pemerintah menilai pembangunan ekonomi berbasis digital mempercepat peningkatan kesejahteraan rakyat.

Hal senada disampaikan Kasubdit Tata Guna Lahan Ditjen PDT Kementerian Desa, Jamaludin Matdoan.

Jamaludin mengatakan, Dirjen PDT sangat konsen dengan pengembangan teknologi karena dengan teknologi percepat pembangunan daerah tertinggal.

"Di NTT dari 22 kabupaten/ kota baru empat daerah yakni Flores Timur, Sikka, Ngada dan Kota Kupang yang keluar dari status daerah tertinggal. Dengan ekonomi digital akan mempercepat pembangunan di daerah daerah lain bisa menyusul empat daerah tersebut," harap Jamaludin.
Kepala Dinas PUPR Provinsi NTT, Ir. Andre Koreh, MT mengatakan, Haik Lontar berangkat dari pemikiran sederhana "Memberi sesuatu yang lebih itu biasa. Tetapi memberi sesuatu dari kekurangan itu yang luar biasa."

Andre mengatakan, kondisi NTT pada umumnya kering dengan curah hujan rendah yakni 9 bulan kering dan tiga bulan basah.

Kondisi iklim seperti ini, kata Andre, membutuhkan kreasi. "Kami sudah bosan dengan stigma miskin, bodoh dan tertinggal. Jadi kami mau keluar dari stigma itu," tegas Andre.
Andre mengungkapkan, selama ini para petugas di lapangan sering berdebat dengan petani soal gagal tanam, gagal panen karena air kurang air.
Ternyata masalah di data yang tidak akurat. Dengan alat ini, katanya, tidak perlu lagi ada perdebatan karena semua merujuk pada data riil.

Untuk diketahui, Dinas PUPR NTT di bawah pimpinan Kadis, Ir. Andre W Koreh, MT dan Kabid O&P SDA dan Irigasi, Beny Nahak, ST, MT bekerjasama dengan Bayu Dwi Apri Nugroho, ST., M.Agr., Ph.D Ahli Klimatologi Pertanian, Perubahan Iklim dan Ilmu Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, menciptakan sebuah inovasi baru untuk mencatat debit air secara realtime di daerah irigasi (DI). Inovasi baru itu berupa aplikasi HAIK LONTAR PEDE Tanam 1.0.

Sumber:

Komentar