EDARAN LIBUR PASKAH TAHUN 2024

Pembangunan Infrastruktur Menuju NTT Bangkit dan Sejahtera

Kepala Dinas PUPR NTT, Ir. Andre W Koreh, MT 

Paket Peningkatan Jalan Barate Manubelon Naikliu di Kabupaten Kupang menggunakan DAK TA 2018 kondisi 0 persen

Paket Peningkatan Jalan Barate Manubelon Naikliu di Kabupaten Kupang menggunakan DAK TA 2018 kondisi 50 persen.

Gagasan Kadis PUPR NTT dalam media

Paket Peningkatan Jalan Barate Manubelon Naikliu di Kabupaten Kupang menggunakan DAK TA 2018 kondisi 100 persen.


VISI pembangunan daerah NTT di bawah kepemimpinan Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat, dan Wakil Gubernur NTT, Josef Nae Soi adalah NTT Bangkit Menuju Masyarakat Sejahtera. Salah satu dari lima Misi yang dilakukan adalah Meningkatkan Ketersediaan dan Kualitas Infrastruktur di NTT.
Berkaitan dengan Visi dan Misi Gubernur dan Wakil Gubernur NTT tersebut, bagaimana implementasinya di Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Provinsi NTT sebagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang menangani infrastruktur jalan, jembatan, SDA dan irigasi di Provinsi NTT? Untuk menjelaskan hal tersebut, berikut petikan hasil wawancara Pos Kupang dengan Kepala Dinas PUPR NTT, Ir. Andre W Koreh, MT di ruang kerjanya, pekan lalu.

Visi Gubernur NTT dan Wakil Gubernur NTT adalah NTT Bangkit Menuju Masyarakat Sejahtera, dan salah satu misinya Meningkatkan Ketersediaan dan Kualitas Infrastruktur di NTT. Bisa dijelaskan lebih jauh mengenai visi dan misi tersebut?

 Visi NTT Bangkit Menuju Masyarakat Sejahtera dan misi Meningkatkan Ketersediaan dan Kualitas Infrastruktur di NTT, merupakan bukti komitmen kuat dari Pak Gubernur dan Wakil Gubernur NTT untuk meningkatkan  ketersediaan dan kualitas infrastruktur di NTT. Bapak Gubernur dan Bapak Wakil Gubernur menyadari betul bahwa infrastruktur itu sangat penting dalam mempercepat kemajuan pembangunan, dalam memperlancar konektivitas antardaerah. Tanpa infrastruktur yang baik seperti jalan dan jembatan, usaha mempercepat kemajuan pembangunan itu tidak mungkin bisa terwujud.

Sebagai organisasi perangkat daerah yang menangani langsung infrastruktur, bagaimana implementasi visi dan misi Gubernur dan Wakil Gubernur ini di Dinas PUPR NTT?

Kalau saya petakan, Gubernur dan Wakil Gubernur sudah punya goodwill yang kuat. Kedua pemimpin ini mempunyai mimpi yang besar sekali dalam memajukan pembangunan di Provinsi NTT.  DPRD NTT juga sudah punya political will yang kuat. Nah, sebagai pembantu Gubernur, saya sebagai Kepala Dinas PUPR NTT yang menangani langsung infrastruktur tentu akan menjabarkannya dalam bentuk konsep-konsep kebijakan, lalu turun pada program kegiatan sehingga visi, misi dan mimpi besar Bapak Gubernur dan Wakil Gubernur itu bisa tercapai.

Bagaimana menjabarkan visi misi Gubernur dan Wakil Gubernur NTT tersebut?

Perlu diketahui bahwa visi dan misi itu masih merupakan mimpi besar, bukti adanya komitmen, adanya goodwill dan political will dari dua pemimpin kita ini dalam  memajukan pembangunan daerah. Tapi untuk bisa merealisasikan goodwill, political will, mimpi dari Bapak Gubernur dan Wakil Gubernur itu perlu didukung dua variabel, yaitu ketersediaan finansial dan sumber daya manusia (SDM) para pelaksana.

Anggaran atau dana terbatas selalu menjadi keluhan dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur selama ini, bagaimana bisa mengatasinya?

Anggaran menjadi persoalan klasik yang dihadapi bukan hanya oleh daerah ini (NTT) tapi juga dihadapi oleh negara ini. Anggaran itu jadi persoalan karena pembangunan infrastruktur itu mahal. Karena itu untuk bisa melaksanakannya memang harus mencari sumber-sumber penerimaan daerah tidak saja lewat APBN dan APBD, tapi juga sumber-sumber lainnya.

Darimana saja sumber pendanaan yang bisa didapatkan untuk pembiayaan pembangunan infrastruktur?

Pembangunan infrastruktur itu ada tiga sumber pendanaan yang mungkin bisa dipakai. Pertama, investor. Kita harus mengundang investor masuk untuk menginvestasikan uangnya. Tentu caranya dengan memberi kemudahan dan membuka peluang kepada calon investor, memberi dia insentif supaya dia mau menanamkan uangnya. Persoalannya adalah investor dapat apa? Kalau dia mengeluarkan uang untuk membangun infrastruktur tentu dia membutuhkan feedback, pengembalian uangnya. Untuk itu kita harus kaji, infrastruktur apa yang bisa memberi keuntungan yang signifikan terhadap suatu investasi.

Kedua, pinjaman. Pemerintah meminjam kepada sumber-sumber keuangan negara, termasuk meminjam ke pemerintah pusat. Atau kerja sama antara pemerintah dan badan usaha.  Ketiga,  menggunakan APBN dan APBD seperti yang sekarang ini dan yang kita tahu nilainya kecil. Karena itu memang dibutuhkan kerja keras, kreativitas dan relasi yang kuat supaya dana dari mana-mana termasuk dari investor itu datang. Itulah sumber-sumber pendanaan untuk infrastruktur. Kalau sekarang kita hanya masih mengandalkan DAU dan DAK, tentu tidak bisa mengatasi semua kebutuhan infrastruktur. Memanfaatkan dana DAU dan DAK juga harus dilakukan seefektif mungkin. Disini dibutuhkan ketajaman dari sebuah perencanaan pembangunan infrastruktur.

Bisa dijelaskan, maksud memanfaatkan DAU dan DAK harus dilakukan seefektif mungkin? 

Maksudnya, jangan sampai kita membangun infrastruktur  tidak di tempat yang dibutuhkan, tapi lebih kepada membangun infrastruktur di hal-hal yang sifatnya populis. Dengan kata lain, kita membangun infrastruktur di tempat yang diinginkan, bukan di tempat yang dibutuhkan. Nah untuk menentukan hal ini dibutuhkan SDM yang kuat.



 Kaitan ketersediaan SDM dengan tercapainya visi-misi Gubernur dan Wakil Gubernur NTT bagaimana?

Pembangunan itu harus dilakukan oleh orang yang memiliki SDM yang baik agar bisa berhasil. Masalah SDM ini antara lain soal attitude (sikap), kapasitas kita. Jadi tidak cukup hanya kita butuh SDM yang kuat dan yang pandai, tapi juga butuh SDM yang mempunyai mental yang baik, punya perangai dan perilaku yang baik, kapasitas, punya loyalitas, punya dedikasi, dan punya komitmen sehingga tidak kerja asal-asalan. SDM inilah yang menjadi faktor penentu mewujudkan keberhasilan mencapai NTT Bangkit dan Sejahtera.  Walaupun NTT Bangkit dan Sejahtera itu sendiri juga never ending. Tapi yang dibutuhkan sekarang adalah sebuah pergeseran mindset untuk bangkit dari kondisi saat ini menuju kesejahteraan yang diharapkan.

 Mengenai masalah SDM dalam pembangunan infrastruktur, bisa dijelaskan, apakah SDM aparatur atau pelaku jasa konstruksi?

Menyangkut SDM ini dua-duanya, baik SDM aparatur maupun SDM pelaku jasa konstruksi. Di jasa konstruksi ada pelaku infrastruktur yang juga tersegmentasi (terbagi) menjadi dua, yaitu pengguna jasa (pemerintah) dan  penyedia jasa (non pemerintah). Keduanya harus berkolaborasi. Tidak bisa hanya mengandalkan satu saja. Katakanlah keinginan untuk membangun NTT oleh para pengguna saja dalam hal ini pemerintah yang menggunakan jasa konstruksi itu, tapi kalau para penyedianya tidak handal, SDMnya terbatas, bisa-bisa yang dihasilkan juga sesuatu yang buruk. Bangun jalan yang jelek, bangun jembatan yang buruk, bangun embung, bendungan, irigasi dan perumahan yang buruk, sistem air minum yang baruk. Jadi walaupun ada niat baik, punya goodwill yang baik tapi kalau tidak didukung ketersediaan anggaran dan SDM yang baik maka akan sia-sia juga. Karena itu, SDM ini sebenarnya sebagai motor penggerak. Kalau SDM-nya lemah, uang yang banyak pun akan menjadi sia-sia. Sebaliknya, SDM yang handal, SDM yang kuat, inovatif, kreatif, maka uang sedikitpun bisa menjadi sesuatu yang besar. Itulah yang disebut dengan efektif dan efisien.

Apa yang dilakukan untuk meningkatkan SDM?

Klasik, yaitu pelatihan maupun pengalaman. UU Jasa Konstruksi Nomor 2 Tahun 2016 mengisyaratkan semua pelaku jasa konstruksi yang bergerak di bidang infrastruktur wajib hukumnya punya tenaga kerja yang bersertifikat. Itu artinya dia harus berkualitas. Supaya punya sertifikat dia harus mengikuti pelatihan. Kalau dia sudah berlatih, dia harus diuji. Setelah diuji, dia harus punya sertifikat. Dengan sertifikat ini dia menjadi terlegitimasi bahwa dia orang yang berkualitas. Dia mampu bersaing. Walaupun itu ada tahapan-tahapannya, dan jenis-jenisnya. Itu yang diamanatkan oleh UU. Memang SDM ini paripurna.  Untuk itu memang harus by design untuk menghasilkan SDM yang paripurna, handal dan outputnya nanti jelas. Output dari SDM yang handal tadi belum selesai, dia harus ditransformasikan dalam hasil kerja. Setelah mendapat sertifikat harus diuji lagi baik secara fisik pekerjaan mupun secara administrasi.

Demikian juga pengguna jasa. Para aparatur  sipil negara (ASN) pada satuan kerja, perangkat daerah, pejabat pembuat komitmen, mereka juga harus berkualitas supaya bisa  mengimbangi. Nah paling celaka kalau penyedia dan pengguna berkolaborasi untuk sesuatu yang buruk, kalau attitude-nya rendah, mentalnya buruk. SDM yang handal itu mentalnya baik, dia harus punya kemampuan yang baik. Dia juga punya dedikasi untuk maju, dia juga punya loyalitas. Bayangkan orang yang pandai, orang yang handal tapi tidak loyal.

Program besar Gubernur dan Wakil Gubernur NTT sekarang akan menuntaskan jalan provinsi dalam 3 tahun. Dari segi kesiapan SDM pengguna jasa  bagaimana?

Sekarang kami berusaha untuk menjabarkan visi misi Bapak Gubernur itu dalam program-program. Saya dengan jajaran PU, khusus di bidang jalan, sudah menyiapkan rencana untuk tahun pertama 2019. Kami berusaha supaya perencanaan jalan ini betul-betul fungsional. Sebab kami yang selama ini biasa bangun jalan hanya 45 Km, mulai tahun 2019 naik menjadi 150 Km. Artinya, ada kenaikan yang sangat signifikan.  Tentu kita akan mengawal itu supaya melahirkan produk-produk desain yang berkualitas supaya bisa implementatif. Untuk mewujudkan keinginan tersebut, tentu kami  membaginya dalam tiga tahun kami harus bangun berapa? Berapa itu kami harus konversikan  ke dalam uang. Paling tidak kita butuhkan Rp 1,3 triliun selama 3 tahun.

Bagaimana kesiapan SDM penyedia jasa?

Nah di bidang penyedia jasa, dalam hal ini para kontraktor dan konsultan, mereka juga harus handal. Mereka juga harus mempersiapkan diri. Sebab menjadi sia-sia perencanaan itu kalau orang-orang yang mengerjakan itu tidak becus bekerja. Penyedia jasanya keja asal-asalan. 

Sumber:


Komentar