EDARAN LIBUR PASKAH TAHUN 2024

Biaya Infrastruktur Gerus Likuiditas Perbankan

GERUS LIKUIDITAS. Penyaluran pembiayaan infrastruktur secara agresif oleh bank BUKU 4 menjadi pemicu tergerusnya likuiditas industri perbankan

Kepala ekonom PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Ryan Kiryanto mengungkapkan, penyaluran pembiayaan infrastruktur secara agresif oleh bank BUKU 4 menjadi pemicu tergerusnya likuiditas industri perbankan.
“Pada tahun ini, isu sentral industri perbankan ada pada kecukupan likuiditas. Seharusnya, secara individu perbankan harus bisa menjaga LDR (loan to deposit ratio) di kisaran 87-90 persen,” kata Ryan dalam diskusi “Emiten Bicara Industri (EBI): Meneropong Wajah Perekonomian Indonesia di 2019” di Jakarta, Selasa (29/1).
Menurutnya, saat ini pelaku pasar memandang Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) lebih konservatif memproyeksikan pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga (DPK). “Sekarang ini loan growth melampaui funding growth,” imbuhnya.
Secara industri, Ryan menjelaskan, tingkat LDR perbankan sudah berada di atas 94 persen, sehingga kondisi likuiditas di 2019 cukup mengkhawatirkan.
“Padahal, market merasa nyaman jika LDR berada di kisaran 87-90 persen. Jadi, bank-bank harus menjaga LDR di kisaran itu,” tuturnya.
Dia menegaskan, jika LDR berada di kisaran 87-90 persen, maka pasar keuangan maupun pasar modal akan memandang industri perbankan masih memiliki ruang luas untuk ekspansi menyalurkan kredit. “Biasanya, bank yang LDR-nya di atas 95 persen, mereka siasati dengan sindikasi atau konsorsium,” ujar Ryan.
Lebih lanjut Ryan mengungkapkan, melonjaknya LDR pada 2018 didorong oleh agresifnya bank BUKU 4 dan BUKU 3 dalam menyalurkan pembiayaan infrastruktur. “Bank BUKU 4 dan bank papan atas lainnya lebih heavy ke pembiayaan infrastruktur,” tegasnya.
Dia menambahkan, penyaluran pembiayaan infrastruktur oleh swasta dan BUMN telah memicu berkurangnya likuiditas di industri perbankan. “Kondisi ini yang menyebabkan likuiditas perbankan tergerus,” tandasnya. 
Sumber:

Komentar