SELEKSI PENERIMAAN PPPK LINGKUP PEMPROV NTT T.A 2024

125 Ribu KK Di NTT BAB Sembarangan



Provincial Coordinator KPSPAMS, Tatang Uba Lakonawa memaparkan materi saat Whorkshop Pembiayaan Air Minum dan Sanitasi yang menghadirkan Lembaga Jasa Keuangan di NTT, di Hotel On The Rock, kamis, (24/10). 
 Dinas Kesehatan Provinsi NTT mencatat, sampai dengan bulan Oktober 2019, masih ada sekitar 125.000 kepala keluarga (KK) belum memiliki akses sanitasi yang bagus, sehingga banyak masyarakat yang buang air besar (BAB) sembarangan.
“Sampai dengan saat ini kami catat ada sekitar 125 ribu KK di NTT yang belum memiliki akses sanitasi yang bagus,” kata Kepala Seksi Kesehatan lingkungan, Kesehatan Kerja dan Kesehatan Olahraga Dinkes NTT Isbandrio dalam di sela-sela Workshop Pembiayaan Air Minum dan Sanitasi yang menghadirkan Lembaga Jasa Keuangan di NTT, di Hotel On The Rock, Kamis (24/10).
Dalam workshop itu tampil sebagai pembicara di antaranya Provincial Coordinator Kelompok Pengelola Sarana Penyediaan Air Minum dan Sanitasi (KPSPAMS) Tatang Uba Lakonawa, dan Senior Program Manager Water.org Aldi Surianingrat.
Isbandrio mengatakan, jumlah tersebut mengalami penurunan jika dibandingan dengan tahun 2018 yang jumlahnya kurang lebih mencapai 2.000-an KK di provinsi berbasis kepulauan itu.
Semakin menurunnya jumlah kepala keluarga yang tak memiliki akses terhadap akses sanitasi menurut dia membuktikan bahwa program pemicuan yang dilakukan oleh dinkes NTT berjalan dengan lancar.
“Pemicuan yang kita lakukan itu adalah memberikan sosialisasi soal bahaya BABS, yang dapat mengakibatkan diare dan berujung pada kematian,” tutur dia.
Selain itu juga pemicuan lainnya adalah lebih pada pemicuan untuk menumbuhkan rasa malu dan khawatir kalau buang air besar sembarangan.
Ia berharap pada tahun 2020 nanti jumlah kasus minimnya akses sanitasi ini semakin berkurang dan turun hingga 100 persen. Namun ia meyakini tidak bisa semuanya langsung tidak BABS.
“Semoga di tahun 2020 bisa terpicu semua. Tetapi agar prilakunya berubah menuju dia tidak BABS sembarangan itu juga masih tergantung pada perhatian dari pemda baik desa dan masyarakat agar tidak lagi melakukan hal yang bisa merugikan banyak pihak,” ucapnya.
Ia juga berharap dengan adanya workshop soal sanitasi dan ajakan dari lembaga water.org kepada lembaga keuangan untuk bantuan peminjaman dana bagi masyarakat untuk membangun sanitasi air akan mengurangi kasus minimnya akse sanitasi air bersih di tengah masyarakat.

Sumber:

Komentar